Masyarakat Salah Paham Isu Gempa Dahsyat, BMKG: Pada Dasarnya Gempa Bumi Tidak Bisa Diprediksi

29 September 2020, 14:15 WIB
Ilustrasi gempa /

PR CIREBON - Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Tunggul Wulung Cilacap, Taruna Mona Rachman menegaskan, berita yang memastikan kapan datangnya gempa terjadi merupakan tidak benar alias hoaks.

“Belum ada ilmuwan, dan alat untuk memprediksi kapan tepatnya terjadi gempa. Jika ada berita menyatakan akan terjadi gempa pada bulan ini, hari ini, jam ini, itu hoax,” ujar Taruna kepada RRI, Senin, 28 September 2020, dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari RRI.

Dalam kajian yang dirilis peneliti ITB, Taruna menegaskan, tidak disebutkan mengenai prediksi kapan gempa besar terjadi. Namun, masyarakat salah memahami isi dari kajian, sehingga memunculkan kepanikan.

Baca Juga: Massa Surabaya Hadang Deklarasi KAMI adalah Simpatisan KITA, Maman: Saya Sudah Bilang Jangan

“Secara umum masyarakat takut. Tapi hasil kajian potensi gempa kuat di zona megathrust pulau jawa itu sebenarnya bisa mendorong kita untuk lebih memperhatikan upaya mitigasi bencana, terutama ancaman tsunami,” imbuhnya.

Masyarakat diharapkan meningkatkan kemampuannya untuk menyelamatkan diri pada saat terjadi gempa dan tsunami atau dikenal dengan proses evakuasi mandiri.

Saat terjadi gempa, masyarakat diharapkan dapat segera keluar dari rumah. Jika ternyata tidak sempat, dapat bersembunyi di kolong meja atau tempat tidur untuk menghindari resiko tertimpa runtuhan bangunan.

Baca Juga: Jabar Catat 637.102 Pelanggaran Protokol Kesehatan, Ridwan Kamil: 90 Persen Dilakukan Perorangan

Bagi masyarakat yang tinggal di daerah pesisir pantai harus mengetahui tempat untuk mengungsi di daerah yang tinggi seperti gedung atau dataran tinggi.

“Pada dasarnya gempa bumi tidak bisa diprediksi. Intinya tingkatkan pengetahuan terkait mitigasi untuk antisipasi seumpama terjadi bencana ,” tandasnya.

Diketahui, kajian potensi gempa megathrust yang dapat menyebabkan tsunami setinggi 20 meter di pantai selatan Pulau Jawa oleh peneliti dari Institut Teknologi Bandung menjadi viral.

Hal itu menyebabkan banyak masyarakat merasa panik dan cemas.***

 
Editor: Nur Annisa

Sumber: RRI

Tags

Terkini

Terpopuler