Mengungkap Sejarah Cirebon, dari Dusun Kecil hingga Punya Empat Keraton

- 28 Januari 2020, 12:07 WIB
KERATON Cirebon. Sejarah Cirebon mencatat bahwa daerah ini mulanya cuma dusun kecil, tapi berkembang menjadi sebuah wilayah penting yang bahkan punya empat keraton.*
KERATON Cirebon. Sejarah Cirebon mencatat bahwa daerah ini mulanya cuma dusun kecil, tapi berkembang menjadi sebuah wilayah penting yang bahkan punya empat keraton.* /DOK. PIKIRAN RAKYAT/

PIKIRAN RAKYAT- Kerajaan Cirebon merupakan kerajaan bercorak Islam ternama yang ada di Jawa Barat. Kesultanan Cirebon berdiri pada abad ke 15 dan 16 Masehi. Kesultanan Cirebon juga merupakan pangkalan penting yang menghubungkan jalur perdagangan antar pulau.

Kesultanan Cirebon berlokasi di pantai utara pulau Jawa yang menjadi perbatasan antara wilayah Jawa Tengah dan Jawa Barat, ini membuat Kesultanan Cirebon menjadi pelabuhan sekaligus “jembatan” antara 2 kebudayaan, yaitu budaya Jawa dan Sunda.

Sehingga kesultanan Cirebon memiliki suatu kebudayaan yang khas tersendiri, kebudayaan Cirebon yang tidak didominasi oleh kebudayaan Jawa maupun kebudayaan Sunda.

Baca Juga: Meninggal Tepat Sebelum Grammy Award, Kobe Bryant Didoakan Alicia Keys dan Penggemarnya di Acara Tersebut

Dikutip Pikiran-Rakyat.com dari website cirebonkota.go.id berikut sejarah kerajaan dan keraton di Cirebon. Menurut Sejarawan Cirebon, Pangeran Sulaiman (PS) Sulendraningrat, sejarah Cirebon bisa ditemukan pada naskah Babad Tanah Sunda dan Atja pada naskah Carita Caruban Nagari.

Cirebon mulanya dukuh atau dusun kecil yang awalnya didirikan Ki Gedeng Tapa, lama-kelamaan berkembang menjadi sebuah perkampungan ramai dan diberi nama Caruban.

“Dinamakan caruban karena disana ada beberapa pendatang dari berbagai macam suku bangsa, agama, bahasa, adat istiadat, latar belakang danmata pencaharian yang berbeda, mereka datang dengan tujuan ingin menetap atau hanya berdagang,” jelas Sulendraningrat.\

Baca Juga: Mendikbud Nadiem Makarim Dapatkan Pujian dari DPR RI soal Kampus Merdeka

Sulendraningrat menambahkan, karena awalnya hampir sebagian besar pekerjaan masyarakat adalah sebagai nelayan, maka berkembanglah pekerjaan lainnya, seperti menangkap ikan dan rebon (udang kecil) di sepanjang pantai yang bisa digunakan untuk pembuatan terasi. Lalu ada juga pembuatan petis dan garam.

“Air bekas pembuatan terasi inilah akhirnya tercipta nama “Cirebon”, yang berasal dari Cai (air) dan Rebon (udang rebon) yang berkembang menjadi Cirebon yang kita kenal sekarang ini,” imbuhnya.

“Karena memiliki pelabuhan yang ramai dan sumber daya alam dari pedalaman, Cirebon akhirnya menjadi sebuah kota besar yang memiliki salah satu pelabuhan penting di pesisir utara Jawa,” ujarnya.

Baca Juga: Masjid di Cirebon Bagikan 250 Porsi Makanan Tiap Jumat, Kian Bertambah Seiring Banyaknya Pemberi Sedekah

Pelabuhan sangat berguna dalam kegiatan pelayaran dan perdagangan di kepulauan seluruh Nusantara maupun dengan negara lainnya. Selain itu, Cirebon juga tumbuh menjadi salah satu pusat penyebaran agama Islam di Jawa Barat.

Pendirian

Pangeran Cakrabuana (1430 – 1479) merupakan keturunan dari kerajaan Pajajaran. Ia adalah putera pertama dari Sri Baduga Maharaja Prabu Siliwangi dan istri pertamanya yang bernama Subanglarang (puteri Ki Gedeng Tapa).

Raden Walangsungsang (pangeran Cakra Buana) meiliki dua orang saudara kandung, yaitu Nyai Rara Santang dan Raden Kian Santang.

Baca Juga: Banjir Cirebon, Pemkab dan Pemkot Bersama Putar Otak Tangani Ribuan Rumah di Kawasan Perbatasan

Sebagai anak laki-laki tertua, seharusnya ia berhak atas tahta kerajaan Pajajaran. Namun karena ia memeluk agama Islam yang diturunkan oleh ibunya, posisi sebagai putra mahkota akhirnya digantikan oleh adiknya, Prabu Surawisesa (anak laki-laki dari prabu Siliwangi dan Istri keduanya yang bernama Nyai Cantring Manikmayang).

Ini dikarenakan pada saat itu (abad 16) ajaran agama mayoritas di Kerajaan Pajajaran adalah Sunda Wiwitan (agama leluhur orang Sunda) Hindu dan Budha.

Pangeran Walangsungsang akhirnya membuat sebuah pedukuhan di daerah Kebon Pesisir, mendirikan Kuta Kosod (susunan tembok bata merah tanpa spasi) membuat Dalem Agung Pakungwati serta membentuk pemerintahan di Cirebon pada tahun 1430 M.

Baca Juga: Bisa Membantu, Inilah Trik untuk Mengetahui Nomor Whatsapp yang Diblokir

Dengan demikian, Pangeran Walangsungsang dianggap sebagai pendiri pertama Kesultanan Cirebon. Pangeran Walangsungsang, yang telah selesai menunaikan ibadah haji kemudian disebut Haji Abdullah Iman.

Ia lalu tampil sebagai “raja” Cirebon pertama yang memerintah kerajaan dari keraton Pakungwati dan aktif menyebarkan agama Islam kepada penduduk Cirebon.Pendirian kesultanan Cirebon memiliki hubungan sangat erat dengan keberadaan Kesultanan Demak.

Empat Keraton

Sejarah Cirebon dimulai dari kampung Kebon Pesisir, pada tahun 1445 dipimpin oleh Ki Danusela.

Baca Juga: Meninggal Tepat Sebelum Grammy Award, Kobe Bryant Didoakan Alicia Keys dan Penggemarnya di Acara Tersebut

Perkampungan itu mengalami perkembangan, selanjutnya muncul perkampungan baru yaitu Caruban Larang dengan pemimpinnya bernama H. Abdullah Iman atau Pangeran Cakrabuwana.

Caruban Larang terus berkembang dan pada tahun 1479 sudah disebut sebagai Nagari Cerbon yang dipimpin oleh Tumenggung Syarif Hidayatullah bergelar Susuhunan Jati. Susuhunan Jati meninggal pada tahun 1568 dan digantikan oleh Pangeran Emas yang bergelar Panembahan Ratu.

Pada tahun 1649 Pangeran Karim yang bergelar Panembahan Girilaya, menggantikan Panembahan Ratu. Panembahan Girilaya wafat pada tahun 1666, untuk sementara Pangeran Wangsakerta diangkat sebagai Susuhunan Cirebon dengan gelar Panembahan Toh Pati.

Baca Juga: Banjir Cirebon, Pemkab dan Pemkot Bersama Putar Otak Tangani Ribuan Rumah di Kawasan Perbatasan

Tahun 1677 Cirebon terbagi, Pangeran Martawijaya dinobatkan sebagai Sultan Sepuh bergelar Sultan Raja Syamsuddin, Pangeran Kertawijaya sebagai Sultan Anom bergelar Sultan Muhammad Badriddin.

Sultan Sepuh menempati Kraton Pakungwati dan Sultan Anom membangun kraton di bekas rumah Pangeran Cakrabuwana. Sedangkan Sultan Cerbon berkedudukan sebagai wakil Sultan Sepuh.

Hingga sekarang ini di Cirebon dikenal terdapat tiga sultan yaitu Sultan Sepuh, Sultan Anom, dan Sultan Cirebon.

Baca Juga: Mendikbud Nadiem Makarim Dapatkan Pujian dari DPR RI soal Kampus Merdeka

Keberadaan ketiga sultan juga ditandai dengan adanya keraton yaitu Keraton Kasepuhan, Keraton Kanoman, dan Keraton Kacirebonan. Di luar ketiga kesultanan tersebut terdapat satu keraton yang terlepas dari perhatian. Keraton tersebut adalah Keraton Gebang.

Menelusuri Cirebon dan kawasan pantai utara Jawa Barat memang akan banyak menjumpai tinggalan yang berkaitan dengan sejarah Cirebon dan Islamisasi Jawa Barat. Beberapa bangunan sudah banyak dikenal masyarakat seperti Keraton Kasepuhan, Kanoman, dan Kacirebonan, Taman Sunyaragi, serta kompleks makam Gunung Sembung dan Gunung Jati.***

Editor: Gugum Rachmat Gumilar

Sumber: cirebonkota.go.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x