Miliki Nilai Adiluhung yang Mengayomi, Karpet Batik Mega Mendung Dinilai Nistakan Budaya Cirebon

14 Agustus 2020, 09:50 WIB
Karpet lantai bermotif Mega Mendung, yang terpasang di Gedung Griya Sawala DPRD Kota Cirebon. /Pikiran-Rakyat.com/Egi Septiadi/

PR CIREBON - Pemerhati budaya dan sejarah Cirebon dibuat geram dengan karpet bermotif Mega Mendung yang terpasang di lantai Gedung Griya Sawala, Gedung DPRD Kota Cirebon, Jawa Barat.

Mereka menilai karpet yang sudah dipasang dan di injak-injak tersebut telah menodai karya seni warisan leluhur.

Kepada PikiranRakyat.com, pemerhati sejarah Cirebon Mustaqim Asteja berbagi pendapatnya tentang pentingnya publikasi dan pengenalan seni dan sejarah di daerah. Namun, jangan salah dalam penerapan sehingga menjadi bahan tertawaan orang.

Baca Juga: Setelah Ridwan Kamil, Doni Monardo Menambah Tokoh Pemerintah Jadi Relawan Uji Klinis Vaksin Covid-19

Terlebih ini kasusnya di Gedung DPRD, di mana DPRD merupakan wakil rakyat yang seharusnya bisa berdiskusi dengan para budayawan sebelum karpet itu dibuat dan dipasang.

"Saya nilai penempatannya tidak tepat, karena biasanya motif mega mendung sendiri berada di atas, sebagai menandakan rahmat dari langit yang tinggi, " ungkapnya seperti diberitakan PikiranRakyat.com dalam artikel berjudul "Geram, Motif Mega Mendung Dijadikan Karpet dan Diinjak, 'Nodai Makna Karya Seni Warisan Leluhur'".

Sementara itu Pemerhati Budaya dan Sejarah Cirebon, Jajat Sudrajat mengatakan, dengan adanya kasus tersebut pihak DPRD Kota Cirebon telah menistakan hasil karya seni budaya Cirebon, karena karya batik Mega Mendung yang bernilai adiluhung dijadikan karpet.

Baca Juga: Indonesia Berperan dalam Pembuatan Vaksin, Pemerintah Butuh Payung Hukum Soal Vaksin Covid-19

"Motif batik Mega mendung mempunyai makna filosofi, mengayomi, mengantungkan cita-cita setinggi langit. Harusnya ada di atas atau di dinding, bukan untuk diinjak-injak,” katanya.

Diungkapkan Jajat, batik motif mega mendung merupakan hasil karya Panembahan Losari, di mana motif Mega Mendung sendiri terinspirasi dari tumpukan batu karang di Goa Sunyaragi.

Sehingga Panembahan Losari yang merupakan cicit Sunan Gunung Jati terinspirasi menciptakan batik mega mendung ini.

Tak hanya Mega Mendung, masih banyak karya yang dihasilkan olehnya, salah satu karya yang sangat fenomenal adalah Kereta Singa Barong.

Baca Juga: Kabar Baik untuk Ibu Rumah Tangga, Pemerintah Siapkan Bantuan Modal Tanpa Bunga Sebesar Rp12 Triliun

Jajat mengungkapkan, karpet bermotif batik Mega Mendung di lantai ruang rapat Griya Sawala DPRD Kota Cirebon dianggap telah menodai karya seni budaya warisan leluhur, karena tidak menempatkan karya seni warisan budaya pada tempatnya.

"Menjelang satu Sura atau jelang Hari Jadi Kota Cirebon kok ternodai dengan hal ini. Kelihatannya sepele, tapi ini mengandung makna yang sangat riskan. Bagaimana orang lain mau mencintai dan menghormati serta menjunjung tinggi, di gedung rakyatnya saja diinjak-injak dan disepelekan.

"Ibaratnya mega mendung dijadikan keset. Saya selaku pemerhati budaya dan sejarah Cirebon kecewa berat,” tuturnya.

Baca Juga: 20 Negara Kompak Borong Vaksin Covid-19 Rusia, WHO Justru Tak Punya Informasi Cukup untuk Menilai

Jajat meminta Pemerintah dan DPRD Kota Cirebon untuk segera mengganti karpet lantai batik mega mendung tersebut.

Sementara terkait hal itu belum ada keterangan pasti dari pihak DPRD, padahal Anggota DPRD lainnya sempat memberitahu kepada Ketua DPRD Affiati, saat sejumlah wartawan meminta keterangan terkait karpet bermotif Mega mendung tersebut. ***(Egi Septiadi/Pikiran Rakyat)

Editor: Nur Annisa

Sumber: Pikiran Rakyat

Tags

Terkini

Terpopuler