SABACIREBON - Pada tahun 1955, Bandung menjadi saksi bisu pertemuan bersejarah yang mengubah peta politik global melalui Konferensi Asia Afrika.
Di balik layar, ada sosok yang tak banyak diketahui namun memiliki peran penting, Abah 'Oemar Bakrie' Landoeng, seorang guru yang setiap sore mengubah rutinitasnya menjadi misi pengumpulan mobil untuk delegasi konferensi.
Mengayuh sepeda onthel, Abah Landoeng melintasi sudut-sudut Kota Kembang, mendatangi para pemilik mobil mewah. Dari Mercy hingga Impala, beliau berhasil mengumpulkan 14 kendaraan tanpa sepeserpun biaya sewa, sebuah kepercayaan yang diberikan karena reputasinya sebagai pendidik yang dihormati.
Dua minggu kerja kerasnya bukanlah tanpa tantangan. Namun, tekad dan dedikasi Abah membawa hasil, mengamankan transportasi yang dibutuhkan para pemimpin dari Asia dan Afrika.
Tidak hanya itu, ia bahkan mendapat kepercayaan dari Presiden Soekarno untuk bertindak sebagai Pawang Hujan selama konferensi, memastikan segalanya berjalan lancar.
Setelah Konferensi Asia Afrika, Abah Landoeng kembali ke rutinitasnya mengajar, namun kisahnya tidak berhenti di situ. Pada tahun 1963, atas permintaan Presiden Soekarno, ia dikirim ke Malaysia untuk membantu memerangi buta huruf di sana, menambah panjang daftar kontribusinya bagi negara.
Baca Juga: WIKA Tanamkan 100 Jenis Pohon Endemik Jawa di Jalan Tol IKN 3B
Sebelum menjadi figur penting tersebut, Landoeng muda menghabiskan hari-harinya di lapangan golf dan tenis sebagai pengambil bola, pekerjaan yang membantunya mengumpulkan uang untuk kebutuhan sehari-hari.