Mengenang Mang Ihin : Tampar Pemain Persib yang Tertunduk Lesu

- 5 Maret 2024, 20:19 WIB
Solihin GP yang akrab disapa Mang Ihin tutup usia
Solihin GP yang akrab disapa Mang Ihin tutup usia /

SABACIREBON-SOSOK melegenda itu terbaring untuk selamanya. Solihin Gautama Purwanegara yang dikenal nama Solihin GP dan populer dengan sapaan Mang Ihin, menghembuskan nafas terakhir. Wafat dalam usia 97 tahun, Selasa dinihari tadi.

Melegenda, setidaknya dalam tiga rangkai jabatan publik. Gubernur Jawa Barat, Sekretaris Pengendalian Operasional Pembangunan (Sesdalopbang), dan Ketum Persib.

Sebutan atau sapaan Mang Ihin yang tiada duanya masa itu. Menunjukkan identitas yang disematkan warga. Asli atau pituin Sunda, berkarakter Jawa Barat. Masa digjaya Mang Ihin berlangsung semasa menjabat Sesdalopbang (1977-1992).

Tak tanggung-tanggung, selama 15 tahun. Terbilang sosok mumpuni “kepercayaan” presiden Soeharto masa itu. Tak tertandingi figur dari Jawa Barat. Jabatan Sesdalopbang identik dengan helikopter yang kerap ditumpangi dalam setiap kunjungan kerja ke daerah. Tak kecuali mendaratkan helikopter di Stadion Siliwangi, Bandung — untuk menyela dukungan pada Persib.

 Baca Juga: Tokoh Jawa Barat dan Siliwangi Solihin GP (Mang Ihin) Tutup Usia

Penulis  yang saat itu berlabel sebagai wartawan Pikiran Rakyat Bandung, mencatat dua moment kenangan tak terlupakan, mungkin saja bersejarah — bersama Letjen TNI Purn. Solihin Gautama Purwanegara.

Dikenang sebagai Gubernur Jawa Barat (1970-1975). Saat Kantor Gubernur masih menempati Gedung Kertamukti di Jl. Braga, OSIS Kota Bandung yang baru dua tahun berdiri — menyampaikan aspirasi pada 1974. Saya terlibat, saat berusia 17 tahun.

Moment berikutnya di Stadion GBK Senayan, Jakarta, usai final Kompetisi Divisi Utama PSSI 1984. Kali ini, penulis menjadi jurnalis yang meliput. Sebagai Sesdalopbang yang juga Ketum Persib. Tentu, Mang Ihin memberikan dukungan langsung skuad Persib yang siap melawan PSMS. Tak kecuali, Mang Ihin turun dengan helikopter — sebelum pertandingan dimulai.

 Baca Juga: Wisata Tambang Mbah Suro: Menggali Kekayaan Budaya dan Sejarah Baru di Tepi Kota

Dua tim “musuh bebuyutan”, kembali bentrok di pemuncak kompetisi. Bahkan menjadi kali ketiga. Mirip el clasico Indonesia masa itu. Dua laga final sebelumnya, Persib kalah. Kali ini, Persib bertekad “balas dendam”.

Bentuk dukungan lainnya yang tak biasa, Mang Ihin memboyong Sate Hodori dari Stasiun Hall Bandung ke Hotel Century, Jl. Pintu I Senayan, tempat tim Persib menginap. Tentu, bakal menjadi menu perayaan kemenangan.

Harapan tak selalu sama dengan kenyataan. Persiapan dan tekad menyertai semangat Persib. Menang dan juara. Bahkan seolah sudah di depan mata. Persib yang sempat unggul 2-0.

  Penonton berjubel melebihi kapasitas stadion, hingga luber ke sisi lapangan. Siap merayakan gelar juara. Tak dinyana, tim “musuh bebuyutan” PSMS berhasil menyamakan skor hingga adu penalti. Apa hendak dikata, Persib dipaksa menerima kekalahan pahit itu.

 Baca Juga: Terlilit Pinjol, Pria Ini Nekat Rampok Minimarket Pakai Pistol Mainan, Ujungnya Begini

Adegan berikutnya, sudah bisa diduga. Para pemain tertunduk lesu meninggalkan arena. Spasi inilah moment bersejarah itu berlangsung. Mang Ihin yang berlatar tentara bagai tabu melihat pemandangan buram itu.

Dengan sigap berdiri, beliau meminta para pemain (tetap) berjalan tegap. Tampak adegan beliau mendongakkan kepala pemain dari sebelumnya tertunduk. Di antaranya bahkan ditempeleng (ditampar).

Sebuah peristiwa yang bermakna pembelajaran atas konsekuensi dari kompetisi. Senantiasa menjunjung tinggi sportivitas. Selamat jalan, Mang Ihin– imam wahyudi (iW)
jurnalis senior di bandung. .***

Editor: Uyun Achadiat

Sumber: Tulisan opini Imam Wahtudi


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah