Mengenang Oce Permana : Wartawan Sejati

- 19 Januari 2023, 15:02 WIB
Oce Permana (alm) saat muda dan produktifitas tinggi sebagai serrang Wartawan./Dok iW
Oce Permana (alm) saat muda dan produktifitas tinggi sebagai serrang Wartawan./Dok iW /

Sebelum tiga dekade silam, namanya identik dengan Bandung Pos. Pun saat menyebut Bandung Pos, kerap terkait nama Oce Permana. Itu lantaran, dia selalu beredar di lapangan. Spesifik untuk peliputan berita kriminal. Peredarannya di seputar kinerja kejaksaan, kehakiman dan kepolisian. Populer dengan sebutan wartawan Kejakimpol. (menginspirasi media online Kejakimpol.com yang digagas Maman Supaman, eks Galamedia - pen).

Oce Permana (ki) bersama sahib seprofesi Omay Komar (ka) saat usia memasuki senja./dok iW
Oce Permana (ki) bersama sahib seprofesi Omay Komar (ka) saat usia memasuki senja./dok iW

Trio OMO
Hingga akhir hayatnya, Oce Permana tercatat sebagai pengurus PWI Jabar. Hingga akhir hayatnya, menjabat Ketua Asosiasi Futsal Kota Bandung dan Ketua Bidang Humas KONI Kota Bandung.

Semasa PWI Jabar berkantor di Jl. Asia Afrika 73 Bandung, kami kerap bertemu. Bercanda di antara obrolan berita aktual. Biasanya jelang sore hingga malam. Sesekali bermain remi.

Kala itu era kepemimpinan Yayat Hendayana. Sekretariat PWI Jabar di pusat kota itu nyaris tak pernah sepi. Kerap dengan kehadiran Trio OMO. Utamanya saat persiapan Kontingen PWI Jabar ke ajang Porwarnas III/1988 di Padang. (Penulis mendesain jaket tim dengan memadukan logo cabor yang dipertandingkan menjadi kata Jabar).

Trio OMO punya minat sama dalam bidang peliputan. Berita kriminal. Karuan, mereka seiring sejalan. Ke mana pun pergi dan singgah. Maaf, saya yang mencetak sebutan Trio OMO itu. Sekali lagi, Oce - Martin - Omay. Pada 1985, saya gelar tasyakuran rumah baru di Permukiman Riung Bandung. Mengundang para sejawat. Demi efisiensi, saya menuliskan Trio OMO di lembar undangan. Tentu, untuk ketiga sohib : Oce, Martin dan Omay. Sejak itu, sebutan Trio OMO tak pernah surut. Bahkan hingga kini akhir hayat almarhum.

Persahabatan Lama
Trio OMO, utamanya Oce Permana dan Omay Komar menjalin persahabatan. Bahkan sepeninggal rekannya, Martin. Tak sebatas dalam profesi. Rupanya jauh sebelum mereka berprofesi wartawan. Saat terbaring di RS Al-Islam, Omay masih sempat besuk. Pada 13 Januari lalu, atau dua hari jelang keberangkatan ibadah umroh. Omay kini berada di Jeddah -- mengabarkan, tengah bersiap menuju Mekah.

Dalam percakapan sambungan internasional, Omay meluangkan waktu. Berkisah Ikhwal "perkawanan dan persahabatan" dengan almarhum.

Berikut ungkapannya: "Banyak orang mengira, saya dekat dengan almarhum -- saat dia mulai jadi wartawan sekira tahun 1976an. Padahal, saya kenal dengan almarhum -- sejak saya duduk di bangku SR (Sekolah Rakyat), dan berjualan koran di Alun-alun Bandung. Oce juga sama, dulunya penjual koran -- yang rumahnya dekat -- di Gang Cikapundung. Saya dan Oce dipertemukan kembali saat saya menjadi wartawan/redaktur di Harian Mandala. Saat itu, Oce menjadi opmarket untuk koran Sunda Giwangkara. Dan di saat itulah, Oce menyatakan kepada saya -- keinginannya untuk bekerja sebagai wartawan. Dan sejak itu pula, saya ajak almarhum untuk melakukan getting dan mencari tahu bagaimana cara membuat berita. Tekad almarhum memang kuat...."

Sekuat semangat langkahnya berprofesi wartawan. Tak lekang oleh waktu. Tak surut "melawan" zaman. Selamat jalan, sang Wartawan Sejati.*

Halaman:

Editor: Otang Fharyana

Sumber: Tulisan Opini


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah