IOM Melaporkan Lebih dari 70 Orang Tewas dalam Peristiwa Kapal Karam di Libya

- 13 November 2020, 15:08 WIB
Ilustrasi kapal karam: Lebih dari 70 orang tewas dalam peristiwa kapal karam di Libya yang mengangkut lebih dari 120 orang, hal ini dilaporkan oleh IOM.
Ilustrasi kapal karam: Lebih dari 70 orang tewas dalam peristiwa kapal karam di Libya yang mengangkut lebih dari 120 orang, hal ini dilaporkan oleh IOM. /PIXABAY/Step-Svetlana/

PR CIREBON - Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) pada Kamis, 12 November 2020 melaporkan sebuah kapal karam di lepas pantai Al-Khums, Libya yang menewaskan sedikitnya 74 migran.

IOM mengatakan, bahwa tenggelamnya kapal pada hari Kamis itu merupakan tragedi terbaru dari serangkaian yang melibatkan setidaknya delapan bangkai kapal lainnya di Mediterania Tengah sejak 1 Oktober.

Kapal itu dilaporkan membawa lebih dari 120 orang, termasuk wanita dan anak-anak. Diketahui, 47 orang yang selamat telah dibawa ke pantai oleh penjaga pantai dan nelayan, dan 31 mayat telah ditemukan. Sementara sisanya masih dalam pencarian.

Baca Juga: Waspada, Galon Isi Ulang Mengandung BPA yang Dapat Mengancam Mental dan Intelektual Anak

"Meningkatnya jumlah korban jiwa di Mediterania merupakan manifestasi dari ketidakmampuan Negara-negara untuk mengambil tindakan tegas untuk mengerahkan kembali kapasitas Pencarian dan Penyelamatan yang sangat dibutuhkan dan berdedikasi dalam penyeberangan laut paling mematikan di dunia," kata IOM mengutip kepala misinya di Libya Federico Soda.

Dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari Anadolu Agency, dalam dua hari terakhir, sedikitnya 19 orang, termasuk dua anak-anak, tenggelam setelah dua kapal terbalik di laut Mediterania Tengah.

IOM juga mengatakan bahwa kapal Open Arms - satu-satunya kapal LSM yang saat ini beroperasi di rute ini - menyelamatkan lebih dari 200 orang dalam tiga operasi.

Baca Juga: Kebakaran Hutan Papua Diklaim Sengaja, Greenpeace: Pemerintah Harus Tindak Tegas

"Kami telah lama menyerukan perubahan dalam pendekatan yang terbukti tidak bisa diterapkan ke Libya dan Mediterania, termasuk mengakhiri pengembalian ke negara itu dan membangun mekanisme pendaratan yang jelas dengan diikuti solidaritas dari negara lain," kata Soda.

Tahun ini, setidaknya 900 orang tenggelam di Mediterania saat mencoba mencapai pantai Eropa, beberapa korban meninggal karena proses penyelamatan yang tertunda.

Sementara itu, lebih dari 11.000 orang telah dikembalikan ke Libya, menempatkan mereka pada risiko menghadapi pelanggaran hak asasi manusia, penahanan, pelecehan, perdagangan manusia, dan eksploitasi, seperti yang didokumentasikan oleh PBB.

Baca Juga: Kasus Positif Covid-19 di Jabar Naik Usai Libur Panjang, Ridwan Kamil Antisipasi Libur Tahun Baru

IOM telah mencatat baru-baru ini adanya peningkatan dalam keberangkatan dari negara tersebut. Sekitar 1.900 orang dicegat dan dikembalikan, sementara itu lebih dari 780 masuk ke Italia dari Libya sejak awal Oktober saja.

IOM mengatakan, memburuknya kondisi kemanusiaan para imigran yang ditahan di pusat-pusat yang penuh sesak, dikarenakan penangkapan dan pemenjaraan sewenang-wenang yang meluas, serta pemerasan dan pelecehan yang mengkhawatirkan.

"Dengan tidak adanya perlindungan bagi migran yang kembali ke negara itu, zona Pencarian dan Penyelamatan Libya harus didefinisikan ulang untuk memungkinkan aktor internasional melakukan operasi penyelamatan jiwa," kata IOM.

Baca Juga: Pernikahan Beda Agama Dilarang, Memicu Reaksi Muslim di Rusia yang Memiliki Paham Berbeda

Dia menegaskan bahwa Libya bukanlah pelabuhan yang aman untuk kembali dan mengulangi seruannya pada komunitas internasional dan Uni Eropa untuk mengambil tindakan segera dan konkret untuk mengakhiri siklus pengembalian dan eksploitasi.***

Editor: Irma Nurfajri Aunulloh

Sumber: Anadolu Agency


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x