Covid-19 Diklaim Buatan Laboratorium Wuhan, Ahli Virologi AS: Hal Ini hanya Mengalihkan Fokus

- 17 September 2020, 14:46 WIB
ILUSTRASI virus corona yang masih melanda dunia. *
ILUSTRASI virus corona yang masih melanda dunia. * /pixabay

PR CIREBON - Pakar di negara-negara barat mempertimbangkan laporan ahli virologi Tiongkok Dr. Li-Meng Yan yang mengklaim mempunyai bukti bahwa Covid-19 adalah buatan manusia di laboratorium.

Beberapa pakar menganggapnya lebih sebagai pemikiran teoritis yang tidak menawarkan bukti baru dan termasuk cacat penelitian.

“Salah satu argumen utamanya adalah bahwa virus sangat unik, tidak dapat dihasilkan secara alami, satu-satunya penjelasan adalah bahwa itu buatan manusia,” kata Dr. Gary Whittaker, seorang profesor virologi di Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Cornell, Amerika Serikat.

Baca Juga: Poyuono Singgung Isu Pelanggaran HAM Prabowo, Jubir Gerindra: Jangan Maksa Bicara Soal Hukum

"Aku akan menolaknya."

Laporan penelitian Li yang diterbitkan pada Senin malam mengatakan bahwa genom unik Covid-19, menunjukkan bahwa virus dibuat di laboratorium karena urutan spesifik dari pola misterius tidak ditemukan di alam.

Jason Kaelber, ahli virologi Universitas Rutgers dan asisten profesor riset di Institute for Quantitative Biomedicine, mengatakan bahwa hal itu bukan masalah.

Baca Juga: Usai Kritisi dan Bongkar Bobroknya Pertamina, Ahok Akhirnya Dipertemukan dengan Erick Thohir

"Semua hal aneh tentang Covid-19 benar-benar konsisten dengan jenis keanehan yang terjadi pada virus liar sepanjang waktu," kata Kaelber, dilansir Pikiranrakyat-Cirebon.com dari New York Post.

Ia melanjutkan bahwa salah satu alasan mengapa ia tidak mencari penjelasan tentang asal mulanya adalah karena ia tahu hal seperti tersebut akan terjadi cepat atau lambat, seperti yang terjadi pada wabah virus Zika dan MERS pada tahun 2012.

Kaelber mengatakan Li menulis secara signifikan tentang ‘tempat pembatasan’, yakni tempat di mana seorang ilmuwan memotong serangga secara alami dan memasukkan suatu hal buatan manusia, yang tampak pada genom virus dan menganggap pemikiran itu hanya sebagai melihat pola di mana tidak ada pola.

Baca Juga: Anies Baswedan Lebih Berbahaya daripada Pandemi, Rocky Gerung: Istana Berupaya Mematikan Langkahnya

Whittaker, yang bekerja secara ekstensif dengan virus Corona yang terjadi pada hewan, mengatakan bahwa penyakit yang disebabkan Covid-19 di dalam tubuh dapat menimbulkan pertanyaan tentang asal-usulnya, tetapi virus Corona serupa yang ditemukan pada kucing juga menimbulkan kerusakan yang sama.

“Virus ini memiliki spektrum hasil penyakit yang luas dan tidak seperti yang pernah kami lihat sebelumnya, tetapi jika Anda melihat hasil penyakit pada manusia dan kucing sebenarnya ada banyak kesamaan,” kata Whittaker.

Kritikus lain mencatat bahwa tulisan Li itu dikeluarkan oleh Rule of Law Society & Rule of Law Foundation, yakni sebuah kelompok berbasis di New York yang dijalankan oleh tersangka penipu Steve Bannon dan pembangkang Tiongkok dan miliarder buronan Guo Wengui.

Baca Juga: Viral Gunting Bendera Merah Putih karena Jengkel, ‘Emak-emak’ Ini Kini Ditahan Di Polres Sumedang

Mereka mengatakan, kemitraan tersebut menimbulkan pertanyaan tentang motivasi politik yang mendorong perilisan tulisan tersebut dan bagaimana penelitian itu didanai.

Meskipun begitu, Whittaker mengatakan laporan Li memang menawarkan penjelasan rinci tentang bagaimana menumbuhkan virus di laboratorium yang masuk akal.

Namun, dia tetap bertahan pada teori bahwa Covid-19 terjadi secara alami dan masih terlalu dini untuk sepenuhnya mengesampingkan potensi bahwa itu adalah buatan manusia.

Baca Juga: Indonesia Sudah Titik Nadir Pandemi Covid-19, Demokrat: Pemerintah Terlena Menunggangi Kebijakan

Ahli virologi lain, Dr. Ian Lipkin dari Universitas Columbia, AS, mengatakan bahwa ia telah menyelidiki kemungkinan Covid-19 dibuat oleh manusia dan menurutnya, hal itu tidak mungkin karena buktinya tidak persuasif.

"Hal ini benar-benar hanya mengalihkan fokus dari apa yang seharusnya dilakukan, yaitu mencoba mengidentifikasi bagaimana hal ini muncul di alam dan apa yang dapat kita lakukan untuk memastikan hal itu tidak akan pernah terjadi lagi," ujar Lipkin.***

Editor: Nur Annisa

Sumber: New York Post


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x