Jadi Perang Terpanjang Selama Hampir Dua Dekade, Afghanistan dan Taliban Siap Berdamai

- 13 September 2020, 21:11 WIB
DOKUMENTASI Taliban merayakan gencatan senjata di Distrik Ghanikhel di Provinsi Nangarhar, Afghanistan. Gambar diambil pada 16 Juni, 2018. *
DOKUMENTASI Taliban merayakan gencatan senjata di Distrik Ghanikhel di Provinsi Nangarhar, Afghanistan. Gambar diambil pada 16 Juni, 2018. * /ANTARA/

Beberapa hal dibuat untuk mencapai pembicaraan damai hari ini. Sebagai imbalan atas janji Taliban untuk meninggalkan al-Qaeda dan mencegah serangan teroris, AS dan sekutunya telah menjanjikan penarikan pasukan sepenuhnya dari Afghanistan pada musim semi mendatang.

Saat menandatangani perjanjian damai dengan Taliban pada Februari, AS memiliki sekitar 12.000 personel militer di negara tersebut.

Baca Juga: Kim Jong Un Bangun Rumah Sakit Elit, Anak-anak hingga Orang Tua Usia 75 Tahun Dipaksa Bekerja

Para pejabat mengatakan AS berada di jalur yang tepat untuk mengurangi kehadirannya menjadi 4.500 tentara pada akhir November. Pada puncaknya, AS memiliki 100.000 tentara di sana.

Sementara itu, pemerintah Afghanistan telah berjanji untuk membebaskan 5.000 tahanan Taliban sebagai imbalan atas pembebasan 1.000 pasukan keamanan Afghanistan oleh Taliban.

Abdul Ghani Baradar, salah satu pendiri Taliban, mengatakan dia membayangkan sistem Islam yang mencakup semua orang Afghanistan. Pada upacara pembukaan, dia meminta kesabaran di kedua sisi.

Baca Juga: Anies Sebut Rumah Sakit Tak Mampu Tampung Pasien Covid-19, Airlangga Bantah Tegas: Sama Sekali Tidak

“Proses negosiasi mungkin ada kendala, tapi yang diminta adalah negosiasi berjalan dengan banyak kesabaran, banyak perhatian, dan harus dilanjutkan dengan perhatian seperti itu,” ujarnya.

"Dengan kejujuran penuh, kami melanjutkan negosiasi perdamaian Afghanistan, dan kami mencoba untuk perdamaian dan ketenangan di Afghanistan," lanjutnya.

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres pada pesan video mengatakan, hal ini merupakan kesempatan besar mencapai aspirasi rakyat Afghanistan untuk perdamaian.

Halaman:

Editor: Nur Annisa

Sumber: National Public Radio America (NPR)


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x