Sebut Virus Corona Melemah Bak Kucing Liar, Profesor Italia Klaim Covid-19 Bisa Hilang Tanpa Vaksin

- 23 Juni 2020, 13:16 WIB
Ilustrasi Peneliti
Ilustrasi Peneliti //Pixabay

PR CIREBON - Penyebaran virus corona yang sudah menjadi pandemi global belum menunjukkan penurunan. Bahkan, sejumlah negara mengalami lonjakan kasus atau memasuki gelombang kedua pandemi.

Namun rupanya, seorang Profesor Italia meyakini bahwa virus corona akan semakin lemah dan bisa mati sendiri tanpa vaksin.

Profesor Italia itu bernama Matteo Bassetti yang menggambarkan agresifitas virus corona menurun, dari sebagai 'harimau agresif' hingga sekarang telah melemah dan berubah serupa kucing liar.

Baca Juga: 1.000 Infeksi Baru Tiap Hari, Media Australia Sebut Indonesia akan Jadi Hotspot Covid-19 Dunia

Atas dasar itu, Matteo pun mengklaim adanya kemungkinan Covid-19 bisa hilang tanpa membutuhkan vaksin.

Melansir dari situs The Sun, Profesor Bassetti menemukan dalam beberapa bulan terakhir, pasien dengan virus tampaknya akan dapat menanganinya jauh lebih baik daripada pasien saat awal pandemi global di Italia.

Lebih lanjut, Profesor Bassetti menduga jenis virus corona bisa bermutasi dan menjadi lebih lemah itu yang akan membuatnya kurang mematikan.

Baca Juga: Jadi Paling Rendah Infeksi Virus Corona di Pulau Jawa, Jabar Larang Wisatawan Jakarta Masuki Puncak

Terlebih, bila pasien mendapat perawatan yang lebih baik dan lebih menjaga jarak sosial, maka itu bisa menjadi kunci alasan orang menangani virus lebih baik dari sebelumnya.

"Pasien lanjut usia, berusia 80 atau 90, sekarang duduk di tempat tidur dan mereka bernapas tanpa bantuan. Pasien yang sama akan meninggal dalam dua atau tiga hari sebelumnya," ungkap Profesor Matteo Bassetti.

Selain itu, Profesor Basseti pun percaya bahwa salah satu alasan virus itu kini menyebabkan penyakit yang kurang serius adalah mutasi genetik yang membuatnya kurang merusak paru-paru manusia.

Baca Juga: Biarkan 60 Ribu Lebah Hilangkan Wajahnya Selama 4 Jam, Pria India: Saya Bisa Tetap Jalan dan Menari

Sedangkan alasan lainnya, orang mungkin hanya menerima dosis virus yang lebih kecil saat mereka terinfeksi, karena aturan jarak dan penguncian massal.

"Kesan klinis yang saya miliki adalah bahwa virus ini berubah dalam tingkat keparahan," ujar Matteo Bassetti.

"Pada bulan Maret dan awal April polanya sama sekali berbeda. Orang-orang datang ke unit gawat darurat dengan penyakit yang sangat sulit diatasi dan mereka membutuhkan oksigen dan ventilator, beberapa orang menderita pneumonia," tambahnya.

Baca Juga: Amati Banyak PNS Tak Produktif Selama WFH, BKN Siapkan Ancaman Pemberhentian Massal

Hal lainnya adalah Profesor Mateo Bassetti mengungkapkan pengamatannya dalam empat minggu terakhir yang menghasilkan gambaran mengenai virus corona telah benar-benar berubah dalam hal pola.

"Mungkin ada viral load yang lebih rendah di saluran pernapasan, mungkin karena mutasi genetik pada virus yang belum ditunjukkan secara ilmiah," tuturnya.

Hanya saja, para ilmuwan lain telah membalas klaim tersebut dan mengatakan bahwa tidak ada bukti ilmiah bahwa virus telah berubah sama sekali. Artinya, klaim tersebut belum diterima dengan baik di komunitas ilmiah.

Baca Juga: 5 Pendaki Gunung Marapi Sumbar Dilaporkan Hilang, Sempat Memberi Kabar Tersesat di Tengah Rimba

Ini terbukti pada awal Juni, Dr Angela Rasmussen dari Universitas Columbia turut memberikan tanggapan berupa unggahan cuitan dalam laman Twitter-nya,

Angela menilai, tak ada bukti bahwa virus kehilangan potensinya. Ia pun juga mengatakan bahwa lebih sedikit penularan berarti lebih sedikit pasien yang dirawat inap, tetapi itu tak berarti berkurangnya virulensi.

Adapun virulensi virus adalah betapa berbahayanya penyakit itu yang mungkin tidak secara langsung terkait dengan seberapa menularnya.

Baca Juga: Sekolah Negeri Didominasi Kalangan Atas, Pemerhati: Orang Tua yang Mampu Jangan Ngotot Masuk Negeri

Sedangkan pembantahan lain juga muncul dari Dr Oscar Maclean dari University of Glasgow yang menyatakan bahwa klaim Profesor Italia itu tak benar karena tidak didukung literatur ilmiah, bahkan terlihat tak masuk akal.

"Klaim ini tidak didukung oleh apapun dalam literatur ilmiah, dan juga tampaknya cukup tidak masuk akal karena alasan genetik," jelas Dr Oscar MacLean, seperti yang dikutip dari The Sun.

Lebih lanjut, Maclean menilai sebagian besar mutasi dari SARS-CoV-2 sangat jarang dan sementara beberapa infeksi mungkin dilemahkan oleh mutasi tertentu.

 

"Mereka sangat tidak mungkin cukup umum untuk mengubah sifat virus pada tingkat nasional atau global. Membuat klaim ini berdasarkan pengamatan anekdotal dari tes swab berbahaya," tambahnya.

Dalam arti lain, disimpulkan bahwa pelemahan virus melalui mutasi secara teori dapat dimungkinkan, tetapi itu bukan sesuatu hal yang bisa diharapkan.

Dengan demikian, tetap diperlukan verifikasi yang lebih jauh lagi dengan cara yang lebih sistematis.

Baca Juga: Memperburuk Situasi Dua Negara, 4 Media Tiongkok Dituduh Jadi 'Gerai Propaganda' yang Dikendalikan

"Tanpa bukti yang jauh lebih kuat, tidak seorang pun seharusnya meremehkan bahaya yang ditimbulkan oleh virus yang sangat ganas ini, dan berisiko terhadap respons masyarakat luas yang sedang berlangsung," jelas Dr Oscar Maclean menutup pernyataan.***

Editor: Khairunnisa Fauzatul A

Sumber: The Sun


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x