Buntut Konflik Perbatasan, Nasionalis India Disebut Harus Berhenti Boikot Produk Tiongkok

- 20 Juni 2020, 18:03 WIB
Ilustrasi perang India dan Tiongkok.*
Ilustrasi perang India dan Tiongkok.* /Business Standard/

Baca Juga: Besok Jadi Hari Kiamat Dunia, Astronom Arab Beri Pesan 'Waspada' dengan Siapkan Tindak Pencegahan

Pasukan nasionalis ekstrim India menggunakan slogan "boikot produk Tiongkok" termurah untuk melampiaskan sentimen mereka.

Faktanya, kekuatan radikal India telah menyerukan boikot produk-produk Tiongkok setiap tahun, tetapi perdagangan Tiongkok-India justru telah berkembang. 

India mengimpor lebih banyak barang dari Tiongkok, yang menyebabkan puluhan miliar defisit perdagangan India dengan Tiongkok setiap tahun. Ini karena banyak produk Tiongkok tidak dapat diproduksi di India, dan India tidak dapat membeli produk-produk ini dari Barat dengan harga yang sama. 

Baca Juga: Agresif Olok AS, Media Tiongkok Berani Kutuk Rezim Trump sebagai Kapitalis Biadab yang Serakah

Sebagai contoh, banyak orang India yang menyalahkan Tiongkok menggunakan ponsel Tiongkok. Sementara itu lampu, keramik, dan koper Tiongkok adalah yang paling cocok untuk konsumen India. Dengan harga murah dan kualitas bagus, produk ini sulit diganti.

Melansi Global Times, PDB Tiongkok sekitar lima kali lipat PDB India. Dengan celah seperti itu, bagaimana mungkin ekonomi yang lebih kecil dapat memberikan sanksi yang besar. India tidak dapat meniru pendekatan sombong AS ke Tiongkok. 

India diperkirakan akan menderita lebih banyak kerugian jika melancarkan perang dagang melawan Tiongkok, dan mata pencaharian rakyat India, yang telah didukung oleh produk-produk Tiongkok akan menanggung beban terbesar.

Baca Juga: Arloji Emas yang Dicicil Raja George di Tahun 1808 Dilelang

Tiongkok dan India adalah negara berkembang berskala super. Memperkuat ekonomi dan meningkatkan taraf hidup masyarakat adalah tugas utama kedua negara ini. 

Kedua negara kuat di Asia itu memiliki ruang besar untuk kerja sama yang sangat menguntungkan kedua negara dan rakyat. Dapat dimengerti bahwa India menyesuaikan kebijakan dengan alasan ekonomi. 

Namun pengamat memprediksi jika India merusak kerja sama bilateral hanya untuk menyenangkan sentimen nasionalis tentang masalah perbatasan, maka itu akan melukai dirinya sendiri, di mana situasi pandemi Covid-19 India saat ini suram dan negara ini secara ekonomi rapuh.***

Halaman:

Editor: Suci Nurzannah Efendi

Sumber: Global Times


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah