Filipina menjadi sangat terpuruk. Utang negara menumpuk. Lembaga Keuangan International banyak yang menangguhkan pemberin pinjaman untuk rehabilitasi Filipina. Uang negara dihimpun oleh Marcos di transfer ke rekening keluarga dalam jumlah yang sangat banyak.
Saking dramatisnya, istrinya ia orbitkan, melebihi bintang Hollywood. Ia jadikan Gubernur Metro Manila dan beberapa keluarga lainnya ia tempatkan pada posisi terpenting dalam kepemerintahannya.
Baca Juga: Makin Mengecil Wabah Covid 19, Indonesia Bakal Transisi dari Pandemi ke Endemi
Puncak kelam dramatis itu, adalah ketika Marcos tidak berdaya menahan demo jutaan warga Filipina yang menerobos masuk ke dalam istana. Marcos yang lari ke Guam di Pasifik memberikan jalan kepada istri Almarhum Benigno, Qory menjadi Presiden menggantikan Marcos.
Drama itu memunculkan tentang kesenangan Imelda, istri Marcos untuk mengkoleksi barang-barang mahal ditengah sulitnya masyarakat Filipina mendaptakan bahan pokok sehar-hari. Drama warga Manila menjarah 3000 pasang koleksi sepatu Imelda menyebar keseluruh penjuru dunia. Suatu kemewahan yang mahal saat itu.
Marcos tumbang dari perjalanan panjang berikutnya akibat indikasi kecurangan Pemilu Presiden. Marcos tetap ingin mempertahankan kekuasaanya.
Pemilu itu sendiri dimenangi oleh Marcos. Masyarakat yang tidak puas membentuk kekuatan "people power" untuk menumbangkan Marcos. Demonstrasi massal terjadi di seantero Filipina, yang belakangan disebut Revolusi Rakyat, People's Power dan menginspirasi banyak demonstrasi lainnya di dunia membuat Marcos terjungkal.
Dikutip sebagian dari BBC, dilaporkan, bahwa putra Marcos, Bongbong, waktu itu berusia 28 tahun dan baru merintis karier politik. Ia ikut melarikan diri. Bea Cukai Amerika Serikat, melaporkan keluarga Marcos membawa berpeti-peti barang berharga, termasuk perhiasan, busana mewah, dan banyak uang tunai.
Marcos meninggal dalam pengasingan di Hawaii tiga tahun berselang, pada 1989.***