Rekonstruksi Singkat Sejarah Kejahatan Marcos, Filipina Pastikan 'Bongbong' putra Marcos Jadi Presiden

- 11 Mei 2022, 12:48 WIB
Bongbong. Kembalinya keluarga Diktator Marcos jadi Presiden Filipina./pikiran-rakyat.com
Bongbong. Kembalinya keluarga Diktator Marcos jadi Presiden Filipina./pikiran-rakyat.com /

SABACIREBON-Masa kelam itu kembali muncul, begitu informasi tentang terpilihnya "Bongbong" atau putra mantan Diktator Filipina Presiden Ferdinand Marcos menjadi Presiden Filipina. 

Terpilihnya Bongbong atau Ferdinand Marcos Junior akan memutar memori ke masa-masa kelam Filipina dibawah Marcos. Puncak dari ingatan itu adalah ketika tokoh oposisi utama Filipina, Benigno Aquino ditembak mati begitu keluar dari pesawat sekembali dari pengasingannya di AS. Benigno pulang demi membawa harapan masyarakat Filipina yang menginginkan banyak perubahan.

Kemiskinan, pengangguran begitu merajelala di Filipinan di era Marcos dari tahun kejayaannya di 1973.

Baca Juga: Kasus Dugaan Korupsi Riol di Kota Cirebon, Tersangka An Mulai Bernyanyi, Kuasa Hukum: Kejaksaan Terburu-buru

Ini puncak dari hari-hari lelah, masyarakat Filipina memperjuangkan kebebasan dan demokrasi atas kediktatoran keluarga ini  dibawah naungan UU Darurat.

Tidak hanya sampai disana, Filipina terpuruk. Pemerintahannya disorot banyak negara. Apalagi Hak Azasi International.

Marcos memang mengontrol semuanya. Parlemen ia bekukan, Kepolisian dan Militer dibuat tidak berkutik karena dibawah kendalinya. Media dia belenggu. Tokoh opisisi disingkirkan. Malah banyak yang lenyap.

Baca Juga: Britney Spears Diminta Fansnya Hentikan Unggah Foto Tanpa Busana

Kejahatan muncul dimana-mana. Kemiskinan memuncak. Korupsi merajalela. Masyarakat Filipina hidup bagaikan drama yang strudaranya adalah Marcos. Produsernya, ia dengan klan keluarga Malacanang, istana Marcos yang terkenal.

Filipina menjadi sangat terpuruk. Utang negara menumpuk. Lembaga Keuangan International banyak yang menangguhkan pemberin pinjaman untuk rehabilitasi Filipina. Uang negara dihimpun oleh Marcos di transfer ke rekening keluarga dalam jumlah yang sangat banyak.

Saking dramatisnya, istrinya ia orbitkan, melebihi bintang Hollywood. Ia jadikan Gubernur Metro Manila dan beberapa keluarga lainnya ia tempatkan pada posisi terpenting dalam kepemerintahannya.

Baca Juga: Makin Mengecil Wabah Covid 19, Indonesia Bakal Transisi dari Pandemi ke Endemi

Puncak kelam dramatis itu, adalah ketika Marcos tidak berdaya menahan demo jutaan warga Filipina yang menerobos masuk ke dalam istana. Marcos yang lari ke Guam di Pasifik memberikan jalan kepada istri Almarhum Benigno, Qory menjadi Presiden menggantikan Marcos.

Drama itu memunculkan tentang kesenangan Imelda, istri Marcos untuk mengkoleksi barang-barang mahal ditengah sulitnya masyarakat Filipina mendaptakan bahan pokok sehar-hari. Drama warga Manila menjarah 3000 pasang koleksi sepatu Imelda menyebar keseluruh penjuru dunia. Suatu kemewahan yang mahal saat itu.

Marcos tumbang dari perjalanan panjang berikutnya akibat indikasi kecurangan Pemilu Presiden. Marcos tetap ingin mempertahankan kekuasaanya.

Baca Juga: Roy Suryo Keturunan Bangsawan Bergelar KRMT Pakar Multimedia dan Telematika, Ini Profil Biodata Lengkapnya

Pemilu itu sendiri dimenangi oleh Marcos. Masyarakat yang tidak puas membentuk kekuatan "people power" untuk menumbangkan Marcos. Demonstrasi massal terjadi di seantero Filipina, yang belakangan disebut Revolusi Rakyat, People's Power dan menginspirasi banyak demonstrasi lainnya di dunia membuat Marcos terjungkal.

Dikutip sebagian dari BBC, dilaporkan,  bahwa putra Marcos,  Bongbong, waktu  itu berusia 28 tahun dan baru merintis karier politik. Ia ikut melarikan diri. Bea Cukai Amerika Serikat, melaporkan keluarga Marcos membawa berpeti-peti barang berharga, termasuk perhiasan, busana mewah, dan banyak uang tunai.

Marcos meninggal dalam pengasingan di Hawaii tiga tahun berselang, pada 1989.***

Editor: Aria Zetra


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x