Bebaskan Pembelot Membangkang di Demiliterasi, Korut Pertama Kali Tak Tanggapi Panggilan dari Korsel

- 9 Juni 2020, 15:30 WIB
North Korean leader Kim Jong Un attends the completion of a fertiliser plant, together with his younger sister Kim Yo Jong, in a region north of the capital, Pyongyang, in this image released by North Korea's Korean Central News Agency (KCNA) on May 2, 2020. KCNA/via REUTERS ATTENTION EDITORS - THIS IMAGE WAS PROVIDED BY A THIRD PARTY. REUTERS IS UNABLE TO INDEPENDENTLY VERIFY THIS IMAGE. NO THIRD PARTY SALES. SOUTH KOREA OUT.     TPX IMAGES OF THE DAY
North Korean leader Kim Jong Un attends the completion of a fertiliser plant, together with his younger sister Kim Yo Jong, in a region north of the capital, Pyongyang, in this image released by North Korea's Korean Central News Agency (KCNA) on May 2, 2020. KCNA/via REUTERS ATTENTION EDITORS - THIS IMAGE WAS PROVIDED BY A THIRD PARTY. REUTERS IS UNABLE TO INDEPENDENTLY VERIFY THIS IMAGE. NO THIRD PARTY SALES. SOUTH KOREA OUT. TPX IMAGES OF THE DAY /KCNA


PR CIREBON - Korea Utara mulai menegaskan kembali rasa tidak suka atas beredarnya pembelot membangkang yang bebas berkeliaran di zona demiliterasi.

Ini dibuktikan dengan tidak ditanggapinya panggilan dari Korea Selatan, sehingga jelas membuat para pejabat Korea Selatan seketika gelisah.

Dalam pemberitaan sebelumnya, hubungan dua Korea kembali memanas usai adanya selebaran anti-Korea Utara dalam bentuk balon-balon terlihat tanpa henti menembus perbatasan zona demiliterasi.

Baca Juga: Lakukan Penggeledahan di Rumah Terduga Teroris, Tim Densus 88 Temukan Sejumlah Barang Bukti

Lebih detail, Korea Utara pun menyebut balon-balon itu sebagai 'aksi perang'. Sehingga secara tegas, Korut memperingatkan Seoul untuk menghentikan kegiatan tersebut.

Pasalnya, balon-balon itu biasanya membawa pamflet yang mengutuk rezim yang tertutup, pelanggaran hak asasi manusia, dan kepemimpinan Kim.

Sedangkan, Kim Yo-jong yang dikenal sebagai adik perempuan dari pemimpin yang paling berpengaruh di Korea Utara juga ikut memperingatkan sejumlah konsekuensi untuk Korea Selatan.

Baca Juga: Kasus Harian Covid-19 Capai Rekor Tertinggi, WHO Sebut Pandemi Jauh dari Selesai

Sejumlah konsekuensi itu, meliputi penutupan kantor penghubung secara permanen, penutupan taman industri yang telah lama ditangguhkan di Kaesong hingga membatalkan perjanjian militer lintas batas 2018 lalu.

Dalam arti lain, peringatan Kim Yo-jong itu menjadi bukti langkah konsisten Korea Utara yang telah lama mempermasalahkan peluncuran balon itu.

Melansir The Korea Herald, akhirnya Kementerian Unifikasi mengonfirmasi bahwa pihak Korea Utara sudah menjawab teleponnya di sore hari. Tepat jam 5 sore, kedua Korea itu saling bertukar komunikasi.

Baca Juga: Cek Fakta: Beredar Video FPI Akan Bunuh Diri Massal Jika MPR Melantik Jokowi dan Ma'ruf Amin

Meskipun begitu, Korea Utara tak menyebutkan alasan mereka memilih melewatkan panggilan sebelumnya di pagi hari.

Ini menyebabkan munculnya beragam spekulasi, termasuk tindakan sesuai dengan peringatannya untuk menutup kantor penghubung.

Sedangkan berdasarkan catatan, Korea Utara baru pertama kali tidak menanggapi panggilan dari Seoul di pagi hari untuk pertama kalinya, sejak pembukaan kantor pada 2018 lalu di kota perbatasan Kaesong.

Baca Juga: Kecanduan Ganja, Aktor Dwi Sasono Jalani Rehabilitasi di RSKO

Padahal dalam perjalanan kantor itu, kedua Korea rutin melakukan panggilan melalui kantor penghubung setiap hari pada jam 9 pagi dan 5 sore. Bahkan, kantor itu resmi dibuka usai terjadinya pertemuan puncak bersejarah Panmunjeom antara pemimpin kedua Korea itu, Kim Jong-un dan Presiden Moon Jae-in.

Kantor yang didirikan untuk mengurangi ketegangan antara kedua belah pihak itu, telah ditutup sementara sejak akhir Januari 2020 lalu karena wabah virus corona, namun panggilan dan komunikasi terus berlanjut.

Sementara itu, selang beberapa jam usai peringatan dari Kim Yo-jong, Kementerian Unifikasi mengungkapkan rencananya untuk memperkenalkan undang-undang yang melarang peluncuran balon sebagai tanggapan dari protes yang dilayangkan pihak Korea Utara.

Baca Juga: Kapal Tiongkok Tetap Gelar Kerja Paksa, DFW Laporkan Dua ABK Indonesia Kembali Lompat ke Laut

Namun demikian, Departemen Front Bersatu Korea Utara yang bertanggung jawab atas urusan antar-Korea justru merilis pernyataan sumpah untuk menerapkan kata-kata Kim Yo-jong ke dalam tindakan.***

Editor: Khairunnisa Fauzatul A

Sumber: THE KOREA HERALD


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah