Dukung Kesehatan Mental Warga Penderita Corona, Ratusan Hotline Telepon Bermunculan di Tiongkok

- 14 Februari 2020, 07:57 WIB
World Health Organization (WHO) Resmi memberi nama COVID-19 pada novel corona virus
World Health Organization (WHO) Resmi memberi nama COVID-19 pada novel corona virus /Twitter

PIKIRAN RAKYAT – Wabah virus corona (Covid-19) masih berkembang di daratan Tiongkok dengan total korban tewas lebih dari 1.100 jiwa dan korban terinfeksi sudah mencapai 54.000 jiwa.

Atas perkembangan wabah tersebut, jutaan warga Tiongkok menderita keresahan parah hingga menganggu kesehatan mental mereka.

Dikutip Pikiranrakyat-Cirebon.com melalui situs The Star bahwa wabah corona yang terus menambah korbannya dapat membuat warga menjadi resah akan takut tertular virus mematikan tersebut.

Baca Juga: Bukan Bersifat Pelit, Berikut 5 Manfaat Kesehatan dari Mengadopsi Gaya Hidup Minimalis

Akibat keresahan ini, jutaan orang terkena gangguan kesehatan mental. Inilah yang dimanfaatkan para profesional medis untuk memberikan dukungan bantuan kesehatan mental.

Komisi Kesehatan Nasional Tiongkok mengatakan telah lebih dari 300 hotline diluncurkan di seluruh negeri untuk memberikan nasihat kesehatan mental terkait coronavirus dengan dukungan dari departemen psikologi universitas, layanan konseling dan LSM.

Bahkan, tiap penyedia hotline telah dibanjiri oleh penelepon di negara yang hanya memiliki 2,2 psikiater yang tersedia untuk setiap 100.000 orang.

Bahkan berdasarkan data WHO ketersediaan psikiater ini lima kali lebih sedikit daripada di Amerika Serikat.

“Sebuah hotline nasional yang dijalankan oleh Beijing Normal University kewalahan ketika ditayangkan pada akhir Januari.

Baca Juga: Wujudkan Mimpi Jadi Kenyataan, Berikut 4 Cara untuk Berhenti Melamun dan Mulai Melakukan Sesuatu

"Saat sejumlah panggilan telah turun ketika saluran lain terbuka, isinya menjadi lebih menantang karena mencatat satu penelepon dengan depresi kronis yang telah melaporkan pikiran bunuh diri yang dipicu oleh rentetan berita buruk. Sehingga, bukan virus (yang menyebabkan gangguan kesehatan itu muncul), tetapi virus yang merangsang itu," tutur Cheng memberikan penjelasan terkait kemunculan hotline dukungan kesehatan mental tersebut.

Sedangkan, seorang psikoterapis bernama Xu Wang di Universitas Tsinghua yang bekerja dengan hotline resmi Kota Beijing mengatakan bahwa sebuah tantangan besar sedang dikerjakan dimana penelepon menunjukkan gejala nyata dari virus dan yang sebaliknya menderita kecemasan.

Diketahui penelepon sering memiliki masalah somatik yang menyatakan tidak bisa makan dengan baik, tidak bisa tidur nyenyak, dan merekan ingin mengetahui apakah dirinya terkena infeksi virus.

Sementara itu, sebuah kelompok sukarelawan yang terdiri lebih dari 400 terapis bernama 'Yong Xin Kang Yi', yang apabila diterjemahkan menjadi 'Gunakan Hati untuk Memerangi Virus', berfokus pada membantu staf medis yang bekerja terlalu keras di Kota Wuhan sebagai pusat wabah.

Pihaknya menyatakan bahwa otrang-orang meninggalkan pesan yang mengatakan bahwa mereka kelelahan dan merasa takut.

Baca Juga: Soal Penolakan Tower Seluler, Ketua RW 11 Sidamulya Selatan Terus Menunggu Langkah Pihak DPRD 

"Para dokter tidak tahu apakah mereka akan terinfeksi atau jika rekan kerja mereka atau akan terinfeksi, dan mereka tidak tahu seberapa buruk penyebarannya,"tambah Cui.

Aktivitas kemunculan ratusan hotline ini dinilai peneliti medis dari Universitas Peking sebagai salah satu dari enam strategi kunci untuk mengatasi tekanan mental pada staf layanan kesehatan, pasien, dan masyarakat akibat wabah coronavirus.

Salah seorang peneliti mempercayai bahwa memasukkan perawatan kesehatan mental dalam sistem darurat kesehatan masyarakat nasional akan memberdayakan Tiongkok dan dunia selama kampanye untuk mengendalikan dan memberantas Covid-19.

Di sisi lain, Pemerintah Tiongkok pun baru-baru ini mengeluarkan panduan untuk hotline agar mereka yang menjadi sukarelawan berasal dari latar belakang profesional yang relevan dan diawasi oleh yang berpengalaman oleh para ahli.

Baca Juga: Sempat Kering Sejak Tahun 2019 Karena Musim Kemarau, Setu Patok di Cirebon Mulai Dipenuhi Air 

Namun demikian, beberapa ahli kesehatan lainnya berpendapat bahwa masih ada kekhawatiran tentang penegakan hukum tentang kemunculan berbagai hotline pendukung kesehatan mental tersebut.

"Ada banyak saluran bantuan yang diprakarsai secara individu dan sulit untuk mendapatkan dukungan dan pengawasan yang konsisten,"tutur seorang psikoterapis Sami Wong yang menetap di Beijing.

Selain itu, Wong khawatir bahwa sukarelawan yang tidak terlatih dapat dengan mudah mengatakan ketidakmengertiannya atas pasien. 

Faktanya penyembuhan PTSD bukanlah sesuatu yang dapat dipelajario dalam semalam.***

Editor: Rahmi Nurlatifah

Sumber: The Star


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x