Tahanan Palestina yang Sempat Kabur dari Penjara Israel Ditempatkan di Sel Isolasi, Pengacara: Dia Mogok Makan

- 6 Oktober 2021, 12:10 WIB
Ilustrasi penjara. Salah satu tahanan Palestina yang sempat kabur kini ditangkap dan ditempatkan di sel isolasi, membuatnya melakukan mogok makan.
Ilustrasi penjara. Salah satu tahanan Palestina yang sempat kabur kini ditangkap dan ditempatkan di sel isolasi, membuatnya melakukan mogok makan. /Pixabay.com/MarcelloRabozzi

PR CIREBON – Salah satu dari tahanan Palestina yang ditangkap kembali oleh Israel usai kabur dari penjara, Mohammad al-Ardah, melakukan protes berupa mogok makan.

Pengacara tahanan itu menyebut bahwa mogok makan yang dilakukan kliennya karena protes terhadap kondisi isolasi yang keras di penjara Israel.

Pengacara Al-Ardah mengunjunginya di penjara selatan Asqalan (Ashkelon), di mana dia ditahan di sel isolasi sejak ditangkap kembali kepolisian Israel.

Baca Juga: Lee Joon Gi dan Kim Ji Eun Dikonfirmasi Bintangi Drama Baru Berjudul Again My Life

“Dia mengumumkan mogok makan untuk menuntut kondisi kehidupan dan penahanan yang lebih baik, dan agar otoritas penjara membatalkan tindakan hukuman yang diambil terhadapnya,” ungkap pengacara Kareem Ajwa, dari Komisi Urusan Tahanan Otoritas Palestina.

Menurut Ajwa, seperti dilansir PikiranRakyat-Cirebon.com dari Al Jazeera, sidang internal diadakan di penjara dan pihak berwenang memberlakukan kurungan isolasi dua minggu untuk al-Adrah.

Bukan hanya itu, diterapkan pula larangan dua bulan untuk kunjungan keluarga dan akses kantin, serta denda keuangan.

Baca Juga: Arkeolog Israel Temukan Toilet Kuno Berumur Lebih dari 2.700 Tahun, Sangat Mewah di Zamannya

Meskipun kurungan isolasi 14 hari adalah hukuman penjara internal, pengadilan Israel kemungkinan akan mengeluarkan perintah isolasi formal yang dapat diperpanjang setiap 6 bulan terhadap al-Ardah dan beberapa tahanan yang ditangkap kembali.

"Mereka mungkin menghadapi bertahun-tahun dalam isolasi," tambah Ajwa.

Komisi mengatakan bahwa al-Ardah ditahan dalam kondisi isolasi yang keras, di sel tidak berventilasi yang tidak memiliki kebutuhan dasar manusia.

Baca Juga: Terbongkar! Warga Negara Inggris Biayai Al Qaeda dan Taliban dengan Dana Eropa

Ia juga tidak diberi barang-barang pribadi atau pakaian tambahan, bantal atau selimut.

Ajwa mengatakan Komisi akan segera mengajukan petisi untuk memperbaiki kondisi penahanan al-Ardah, termasuk memindahkannya ke sel yang lebih baik dan mengizinkannya membawa pakaian.

Al-Ardah termasuk di antara enam tahanan Palestina yang melarikan diri dari penjara Gilboa utara Israel saat fajar pada 6 September lalu.

Baca Juga: Hwang Dong Hyuk Ungkap 4 Aktor yang Hampir Tidak Berperan di Squid Game, Ada Wi Ha Joon hingga Jung Ho Yeon

Pihak berwenang Israel mengumumkan penangkapannya kembali bersama dengan Zakaria Zubeidi pada awal 11 September, sedangkan Mahmoud Abdullah al-Ardah dan Yaqoub Mahmoud Qadri telah ditangkap kembali sehari sebelumnya.

Dua pelarian terakhir, Ayham al-Kamamji dan Munadel Infaat, ditangkap kembali pada 19 September di Jenin, di Tepi Barat yang diduduki utara, setelah perburuan selama dua minggu.

Komisi mengatakan otoritas penjara Israel mengadakan sidang internal untuk Qadri dan memutuskan untuk menjatuhkan tindakan hukuman padanya.

Baca Juga: Meski Disanksi PBB, Korea Utara Terus Kembangkan Program Nuklir dan Rudal Balistiknya

Hukuman itu termasuk dua minggu di sel isolasi dan larangan kunjungan keluarga dan akses kantin selama enam bulan, serta denda keuangan.

Qadri ditahan dalam isolasi di bagian tahanan kriminal di penjara Rimonim di utara.

Sementara itu, Mahmoud al-Ardah dan Infaat ditahan di sel isolasi di penjara Ayalon di Ramla, Zubaidi di penjara Eshel dan Kamamji di penjara Ohalei Kedar.***

Editor: Linda Agnesia

Sumber: Al Jazeera


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x