Taliban mengklaim bahwa larangan bagi perempuan untuk kembali bekerja atau anak perempuan pergi ke sekolah menengah akan dicabut begitu sistem baru ditetapkan.
Namun dengan banyaknya protes yang dilakukan oleh kaum perempuan, hingga saat ini Taliban masih tidak mengizinkan perempuan untuk kembali bekerja.
Baca Juga: Tukul Arwana Dilarikan ke RS Akibat Pendarahan Otak, Vega Darwanti: Teman-teman Mohon Doanya
Pekerja LSM Farkhunda Zahidbaig, 21, menggambarkan bagaimana pejuang Taliban memasuki kantornya untuk memberi tahu manajemen bahwa karyawan wanita harus pergi.
"Setelah ini, bos kami membuat keputusan bahwa kami semua tidak boleh datang ke kantor.
"Perempuan ingin memiliki profesi, tapi mereka tidak bisa melanjutkan pekerjaan mereka. Taliban telah merampas kebebasan mereka untuk bekerja," ungkapnya.
Baca Juga: Persib Bandung vs Borneo FC, Pesut Etam Bidik Kemenangan
Shabana, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya, khawatir dia tidak akan pernah menemukan pekerjaan lagi.
Ini akan membuat wanita berusia 26 tahun itu tidak dapat menafkahi orang yang dicintainya.
"Saya sangat khawatir karena saya adalah satu-satunya pencari nafkah keluarga," kata mantan karyawan sebuah organisasi Swedia itu.