PR CIREBON – Militer Amerika Serikat (AS) sebelumnya mengakui bahwa serangan pesawat tak berawak di ibukota Afghanistan bulan lalu secara keliru menewaskan 10 anggota keluarga Afghanistan.
Serangan oleh militer AS itu awalnya mencoba dikerahkan untuk membunuh anggota ISIS-K yang mengebom di bandara Kabul, Afghanistan.
Alih-alih menewaskan ISIS-K, serangan pesawat tak berawak oleh militer AS itu malah mengenai keluarga Afghanistan yang termasuk tujuh anak.
Baca Juga: Turun ke Jalan, Pengunjuk Rasa Tuntut Pengadilan Bebaskan Tersangka Kerusuhan Capitol AS
Pada Jumat, 17 September 2021 waktu setempat, AS pun mengutarakan ucapan maafnya, meskipun sebelumnya negara itu menegaskan serangan mereka memang menewaskan ISIS-K.
Terkait permintaan maaf dari AS, para penyintas serangan pesawat tak berawak itu mengatakan tidak cukup.
Aimal Ahmadi, yang putrinya Malika yang berusia tiga tahun terbunuh ketika rudal api AS menghantam mobil kakak laki-lakinya, mengatakan bahwa keluarga tersebut menuntut Washington menyelidiki siapa yang menembakkan drone dalam serangan Kabul.
Baca Juga: Taliban Kecualikan Anak Perempuan dari Pendidikan Menengah di Afghanistan
“Saya kehilangan 10 anggota keluarga saya. Saya ingin keadilan dari Amerika Serikat dan organisasi lain,” katanya, dilansir PikiranRakyat-Cirebon.com dari Al Jazeera.
"Kami adalah orang-orang yang tidak bersalah, kami tidak melakukan kesalahan," ia menambahkan.
Ahmadi mengatakan AS harus menghukum personel militer yang bertanggung jawab atas serangan itu.
Baca Juga: Imran Khan Temui Taliban di Dushanbe: Saya Memulai Dialog untuk Pemerintah Afghanistan Inklusif
“Tidak cukup bagi kami untuk meminta maaf. AS harus menemukan orang yang melakukan ini,” tutur Ahmadi.
Pengemudi kendaraan yang menjadi sasaran, Zemerai Ahmadi, adalah karyawan lama di sebuah organisasi kemanusiaan AS.
Tidak ada bukti bahwa kendaraan tersebut berisi bahan peledak.
Rudal menghantam ketika mobil itu memasuki jalan masuk keluarga dan anak-anak berlari untuk menyambut Zemerai.
Jenderal Marinir AS Frank McKenzie, kepala Komando Pusat AS, menyebut serangan itu sebagai kesalahan tragis setelah berminggu-minggu menyangkal.
Ia mengatakan bahwa warga sipil tak berdosa memang tewas dalam serangan itu dan bukan seorang pejuang yang terkait dengan ISIS-K, seperti yang awalnya diklaim oleh militer AS.
Baca Juga: Baku Tembak dengan Aparat, DPO Pimpinan Teroris MIT Poso Ali Kalora Dilaporkan Tewas
Sehari setelah serangan itu, anggota keluarga mengatakan bahwa 10 orang yang terbunuh berusia antara dua hingga 40 tahun.
“Mereka adalah anak-anak yang tidak bersalah dan tidak berdaya,” kata Ahmadi.
McKenzie mengatakan keputusan untuk menyerang sedan Toyota Corolla putih, setelah melacaknya selama sekitar delapan jam, dibuat dengan keyakinan yang sungguh-sungguh.
Baca Juga: Minta Maaf Soal Komentar Santri Menutup Kuping, Deddy Corbuzier: Saya Nggak Punya Pengetahuan
Ia menyebut berdasarkan standar kepastian yang masuk akal, mobil itu merupakan ancaman bagi pasukan AS di bandara Kabul yang diyakini membawa bahan peledak di bagasi.
Tapi Ahmadi bertanya-tanya bagaimana rumah keluarganya bisa disalahartikan sebagai tempat persembunyian ISKP.
“AS dapat melihat dari mana-mana,” katanya tentang kemampuan drone AS.
“Mereka dapat melihat bahwa ada anak-anak yang tidak bersalah di dekat mobil dan di dalam mobil. Siapapun yang melakukan ini harus dihukum. Itu tidak benar," tambahnya.***