“Alat yang lebih baik memungkinkan kita untuk mengajukan pertanyaan yang semakin mendetail tentang sejarah dan evolusi manusia,” kata Akey.
Baca Juga: Media Asing Sebut Indonesia Jadi Episentrum Baru Covid-19 di Asia, Ungkap 2 Faktor Lonjakannya
Joshua Akey diketahui sekarang berada di Princeton dan tidak terlibat dalam penelitian baru. Dia memuji metodologi studi baru.
Namun, Alan Templeton, ahli genetika populasi di Universitas Washington di St Louis, mempertanyakan asumsi penulis bahwa perubahan dalam genom manusia didistribusikan secara acak, daripada mengelompok di sekitar titik panas tertentu dalam genom.
Temuan ini menggarisbawahi “bahwa kita sebenarnya adalah spesies yang sangat muda,” kata Akey.
“Belum lama ini, kami berbagi planet ini dengan garis keturunan manusia lainnya,” pungkasnya.***