Baca Juga: CNSA Rilis File Audio yang Pertama Kali Direkam oleh Penjelajah Zhurong di Mars
"Kim Jong Un telah membedakan dirinya karena mencoba untuk menjadi sedikit lebih terbuka daripada ayahnya, ketika harus mengakui masalah yang diderita Korea Utara. Saya pikir mengakui kekurangan pangan sejalan dengan pendekatan ini," kata Ramon Pacheco Pardo, seorang profesor hubungan internasional di King's College London.
"Ia juga mencoba menunjukkan bahwa pemimpin ia sadar akan masalah yang biasa diderita warga Korea Utara. Dan dia juga bisa menggunakan pengakuan ini sebagai cara untuk menyalahkan beberapa pejabat di masa depan jika situasinya berlanjut," ujarnya.
Pengakuan pemimpin Korea Utara itu juga dinilai bahwa negara tersebut membutuhkan akan bantuan dari luar sebelum kekurangan berubah menjadi kelaparan massal.
Hal itu meningkatkan spekulasi bahwa pemerintah Korea Selatan dan AS dapat melakukan upaya bantuan kemanusiaan.
Namun, isu transparansi seputar distribusi bantuan dimungkinkan akan tertahan.
"Kim hanya menginginkan bantuan makanan yang kemungkinan datang tanpa agen pemantau atau perwakilan luar yang ingin datang ke negara itu dan memeriksa siapa yang menerima bantuan itu," kata Harry Kazianis, direktur senior Korean Studies at the Center for the National Interest.***