Diperkirakan 177.000 orang telah mengungsi di negara bagian Karen yang berbatasan dengan Thailand, sementara lebih dari 20.000 orang berlindung di 100 daerah pengungsian.
Mereka mengungsi setelah pertempuran antara Pasukan Pertahanan Rakyat dan tentara di negara bagian Chin yang berbatasan dengan India terjadi.
Baca Juga: Disinyalir Akibat Genosida di Masa Lampau, Kanada Temukan Ratusan Kuburan Tak Bernama
Ribuan orang juga melarikan diri dari pertempuran di negara bagian Kachin dan Shan utara, wilayah di mana tentara etnis minoritas yang mapan telah lama memerangi militer.
Persatuan Nasional Karen (KNU), salah satu kelompok bersenjata etnis minoritas terkemuka Myanmar, menyatakan keprihatinan tentang hilangnya nyawa warga sipil, meningkatnya kekerasan dan penggunaan kekuatan oleh militer di seluruh Myanmar.
“KNU akan terus berjuang melawan kediktatoran militer dan memberikan perlindungan sebanyak mungkin kepada orang-orang dan warga sipil yang tidak bersenjata,” jelasnya dalam sebuah pernyataan, dilansir PikiranRakyat-Cirebon.com dari Al Jazeera.
Baca Juga: Sebut Sang Istri Punya Kebiasaan Baru Akhir-akhir ini, Atta Halilintar: Pertanda Apa ya?
Protes anti-kudeta kembali terjadi pada Kamis, 24 Juni 2021, di Negara Bagian Kachin, Dawei, Wilayah Sagaing dan ibukota komersial Yangon.
Para demonstran membawa spanduk dan membuat gerakan tiga jari untuk menentang.
Beberapa menunjukkan dukungan bagi mereka yang menentang kekuasaan militer di Mandalay, kota terbesar kedua Myanmar.