Ekonomi dan Sistem Perbankan Lumpuh, Warga Myanmar Kini Kekurangan Makanan: Semuanya di Luar Kendali

- 28 Mei 2021, 15:30 WIB
Ilustrasi. Warga Myanmar kini kekurangan makanan akibat kudeta militer dan protes yang belum berhenti hingga saat ini.
Ilustrasi. Warga Myanmar kini kekurangan makanan akibat kudeta militer dan protes yang belum berhenti hingga saat ini. /Karen Teacher Working Group via REUTERS

PR CIREBON – Di tengah protes yang masih belum berujung di Myanmar, kini masyarakat setempat kekurangan makanan.

Kekurangan makanan itu disebabkan ekonomi dan sistem perbankan nasional di Myanmar telah lumpuh sejak perebutan kekuasaan militer yang mendorong pemimpin sipil Aung San Suu Kyi lengser pada Februari lalu.

Selain itu, mata pencaharian masyarakat Myanmar juga telah hilang setelah terjadinya pemogokan dan penutupan pabrik.

Baca Juga: Jelang Uji Coba Timnas Indonesia Lawan Oman, Shin Tae-yong: Harus Lebih Kompak dalam Bertahan dan Menyerang

Begitu pun dengan harga bahan bakar yang melonjak, sementara mereka yang cukup beruntung memiliki tabungan bank, menghadapi antrian sepanjang hari untuk menarik uang tunai.

Program Pangan Dunia juga memperingatkan bahwa di Myanmar, negara yang pada biasanya mampu mengekspor beras, kacang-kacangan, dan buah-buahan, akan ada jutaan orang yang kelaparan dalam beberapa bulan mendatang.

Hal tersebut dialami seorang warga lokal, Aye Mar, yang tinggal bersama tujuh anaknya Yangon. Ia khawatir apakah makanan mereka, yang terdiri dari nasi dan sayuran, akan memuaskan rasa lapar mereka.

Baca Juga: Prediksi Shio Jumat, 28 Mei 2021: Gunakan Energi Positif Shio Monyet, Ayam Jago, Anjing, dan Babi

"Kami harus memberi makan anak-anak kami agar mereka tidak kelaparan," kata Aye Mar, dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari Channel News Asia.

Wanita berusia 33 tahun itu tidak bekerja, sedangkan suaminya terpaksa mengambil pekerjaan serabutan yang ditawarkan, termasuk menggali septic tank.

Di tempat lain, penjual makanan bernama Wah Wah, mengatakan bahwa kenaikan harga sejak kudeta berarti pelanggan tidak bisa lagi membeli sesuatu yang sederhana seperti semangkuk ikan kering.

Baca Juga: Bandingkan Amanda Manopo dan Putri Anne, Arya Saloka ke Sang Istri: Dia Nggak Aneh-aneh

"Saya tidak bisa menjualnya karena pelanggan tidak mampu membelinya, bahkan jika saya menjualnya dengan harga 500 kyat (sekitar Rp5.000) per mangkuk," katanya.

"Setiap orang harus mengeluarkan uang dengan hati-hati agar aman karena tidak ada yang punya pekerjaan. Kami hidup dalam ketakutan karena kami tidak tahu apa yang akan terjadi," ia menambahkan.

Berbeda dengan ayah tiga anak bernama Win Naing Tun, yang mengatakan mereka yang sebelumnya mampu makan daging secara teratur terpaksa beralih ke ikan dan sayuran.

Baca Juga: Prediksi Shio Jumat, 28 Mei 2021: Peruntungan Shio Naga, Ular, Kuda, dan Kambing Butuh Gebrakan

“Dan mereka yang bertahan sekarang hanya mampu makan nasi putih dengan garam,” ungkapnya.

Kenaikan harga telah menghantam daerah terpencil, seperti di dekat perbatasan Tiongkok di negara bagian Kachin, di mana beras hampir 50 persen lebih mahal.

Biaya pengangkutan produk dari pertanian ke kota-kota juga melonjak setelah kenaikan harga bahan bakar diperkirakan 30 persen sejak kudeta.

Baca Juga: Dirumorkan Pernikahannya dengan Lesti Kejora Hanya Settingan, Rizky Billar: dari Awal Ada Niat Menikah

Ni Aye, 51, mengatakan dia dan suaminya sekarang tidak memiliki penghasilan sama sekali dan bergantung pada makanan yang ada.

"Kami dalam masalah. Jika kondisi ini terus berlanjut, kami akan kelaparan," ujarnya.

Aung Kyaw Moe, 47, sedang mempertimbangkan untuk kembali ke desa asalnya setelah pabrik Yangon tempat dia bekerja tutup.

Baca Juga: Sangat Mencintai Ibrahim, Arya Saloka Lupa Umur Sang Anak: Gua Nggak Pernah Inget Angka

Dia mengatakan bahwa dia tidak memiliki simpanan uang dan putus asa tentang bagaimana menghidupi keluarganya yang terdiri dari sembilan orang, yang secara ilegal tinggal bersamanya di Yangon.

"Semuanya di luar kendali kami," imbuhnya.***

Editor: Linda Agnesia

Sumber: Channel News Asia


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x