"Seperti yang dinyatakan dalam kebijakan penghindaran larangan kami, kami akan mengambil tindakan penegakan hukum pada akun yang niatnya jelas untuk mengganti atau mempromosikan konten yang berafiliasi dengan akun yang ditangguhkan," kata juru bicara Twitter kepada AFP, dilansir PikiranRakyat-Cirebon.com dari Channel News Asia.
Twitter mengatakan pihaknya secara permanen menangguhkan akun Donald Trump setelah kerusuhan Capitol 6 Januari yang mematikan.
Hal itu disebabkan ada risiko bahwa Donald Trump akan semakin memicu kekerasan, setelah berbulan-bulan tweet yang mempermasalahkan kemenangan pemilihan presiden Joe Biden.
Baca Juga: Dengar Nastasya Shine Bicara Bahasa Indonesia, Raffi Ahmad Tetawa Terpikal-pikal
Klaim palsu dan menyesatkan tentang politik Amerika telah anjlok, sebuah tren yang sangat disukai oleh Twitter dan Facebook.
Dengan Donald Trump dibungkam, Joe Biden kurang terlibat di media sosial, dan tidak ada siklus pemilihan yang sedang berlangsung, orang Amerika sekarang hidup di ekosistem media yang berbeda.
"Satu-satunya hal terpenting adalah mencabut platform Donald Trump," kata Russell Muirhead, seorang profesor Universitas Dartmouth dan penulis bersama A Lot of People Are Saying, sebuah buku yang judulnya memainkan salah satu ucapan Trump yang paling populer.
Baca Juga: Singgung Fans Fanatik Lesti Kejora, Denny Darko: Reaksinya Berlebihan Dede akan Celaka
"Ini telah menghilangkan badai informasi yang salah setiap hari dari ekosistem internet," kata Muirhead kepada AFP.
"Tidak dibombardir provokasi akan membantu mencegah informasi yang salah untuk mengatur ulang komunitas internet dan memulihkan diri," sambungnya.