Penerbit Asal Korea Selatan Sebabkan Perdebatan Nasional Akibat Luncurkan Buku Memoar Pendiri Korea Utara

- 4 Mei 2021, 13:45 WIB
Penerbit Korea Selatan menyebabkan perdebatan akibat merilis buku memoar tentang pendiri Korea Utara, Kim Il Sung.*
Penerbit Korea Selatan menyebabkan perdebatan akibat merilis buku memoar tentang pendiri Korea Utara, Kim Il Sung.* /Pixabay/www_slon_pics

PR CIREBON – Penerbit asal Korea Selatan menerbitkan sebuah buku memoar tentang pendiri Korea Utara, Kim Il Sung.

Tindakan penerbit Korea Selatan itu disebut sebagai pemberontakan, yang memicu perdebatan sengit di negeri ginseng.

Selama puluhan tahun, Korea Selatan melarang apapun yang berhubungan dengan propaganda Korea Utara dalam undang-undang keamanan nasional.

Baca Juga: Sempat Turun Panggung, Maia Estianty: Menjauh dari Orang yang Membuat Energimu Jadi Negatif Itu Lebih Baik

Meskipun demikian, perdebatan sengit itu dikritisi dengan alasan bahwa orang Selatan secara politik cukup dewasa untuk menilai materi semacam itu terhadap diri mereka sendiri.

Muncul pula anggapan bahwa sensor terhadap buku memoar tersebut tidak perlu dilakukan dalam demokrasi yang dinamis di salah satu negara paling terpelajar di dunia.

Namun, Selatan tetap secara resmi berperang dengan tetangganya yang bersenjata nuklir dan miskin, dengan undang-undang yang sesuai.

Baca Juga: Dua Pemohon Pengujian Formil UU Cipta Kerja Mencabut Perkara dari Ruang Lingkup Persidangan MK

Undang-undang keamanan nasional berasal dari tahun 1948, sebelum pecahnya Perang Korea, dan masih memblokir warga biasa untuk mengakses sebagian besar konten produksi Korea Utara, termasuk surat kabar resmi Rodong Sinmun.

Mereproduksi atau memiliki materi pro-Pyongyang yang dilarang dapat dihukum hingga tujuh tahun penjara.

Meskipun demikian, penerbit Kim Seung-kyun pada bulan April merilis memoar delapan jilid tentang pendiri Korea Utara, berjudul With the Century.

Baca Juga: Sempat Viral, Kini Pelaku Penodongan Pistol Terhadap Kurir Online Berhasil Dibekuk Polisi

Menurutnya, penerbitan buku itu dilakukan untuk mempromosikan rekonsiliasi antar-Korea.

Dilansir PikiranRakyat-Cirebon.com dari Channel News Asia, sebuah kelompok sipil anti-Utara mengajukan pengaduan pidana, dan polisi meluncurkan penyelidikan.

Dalam beberapa hari toko buku besar di Selatan yang menjual buku itu melalui asosiasi penerbit pun menariknya dari rak mereka.

Baca Juga: Hoaks atau Fakta: Viral Foto Pemakaman Seorang Anak Bunuh Diri di Hari Ulang Tahun Ibunya

Buku itu dikabarkan juga akan tersedia online seharga 280.000 won (Rp3,6 juta) untuk set lengkap, tetapi minggu lalu, stoknya tidak lagi tersedia dari portal web populer Naver.

Selain itu, pencarian di platform penjualan buku lokal Kyobo dan Yes24 tidak menunjukkan hasil.

Tindakan tersebut memicu perdebatan tentang sensor dan apakah orang benar-benar perlu dilindungi dari membaca kata-kata Kim Il Sung.

Baca Juga: SIKM Jadi Syarat untuk Keperluan Mendesak dan Perjalanan Non Mudik

"Warga Korea Selatan sudah memiliki penilaian tingkat tinggi," kata Ha Tae-keung, seorang anggota parlemen dari Partai Kekuatan Rakyat yang konservatif, yang dipenjara berdasarkan undang-undang keamanan nasional sebagai aktivis mahasiswa.

"Tidak ada yang akan tertipu oleh memoar seperti fantasi Kim Il Sung lagi. Kami sekarang perlu secara aktif menjamin kebebasan berekspresi,” katanya.***

Editor: Linda Agnesia

Sumber: Channel News Asia


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x