Berkaca dari Kasus Mary Agyapong, Wanita Hamil Butuh Keamanan dari Covid-19 di Tempat Kerja

- 22 April 2021, 12:45 WIB
Lima wanita hamil melakukan kampanye soal keamanan dari Covid-19 di tempat kerja, usai ibu hamil meninggal dunia karena tertular Covid-19.*
Lima wanita hamil melakukan kampanye soal keamanan dari Covid-19 di tempat kerja, usai ibu hamil meninggal dunia karena tertular Covid-19.* /pexels/negativespace

PR CIREBON - Masa pandemi Covid-19 membuat wanita hamil tidak merasa aman untuk pergi keluar rumah.

Tetapi, banyak diantara wanita hamil di Inggris yang masih bekerja, meskipun beresiko tinggi tertular Covid-19.

Terdapat kasus wanita hamil Mary Agyapong, yang tertular Covid-19 setelah beberapa hari sebelumnya melahirkan bayi perempuannya, kemudian meninggal pada April 2020.

Baca Juga: Hoaks atau Fakta: Benarkah Jokowi Masukkan Ahok ke Kabinet dan Copot Prabowo?

Oleh karena itu, terdapat kampanye lima wanita hamil, yang mengenakan kaus "I Am Mary" untuk mengenang perawat Mary Agyapong melakukan protes di Lapangan Parlemen setelah angka-angka mengungkapkan hampir 1.000 staf yang hamil masih bekerja.

Dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari The Guardian, 984 staf hamil di 25 perwalian di seluruh Inggris terus bekerja di peran garis depan, sebuah permintaan di bawah undang-undang kebebasan informasi oleh kampanye.

Komite Bersama Vaksinasi dan Imunisasi Inggris Raya (JCVI) telah memberikan lampu hijau bagi wanita hamil di Inggris untuk menerima vaksin Pfizer atau Moderna Covid-19, setelah data dari AS menunjukkan sekitar 90.000 wanita hamil telah divaksinasi tanpa masalah keamanan.

Baca Juga: Sampaikan Kabar Duka, Riza Patria: Mohon Luangkan Waktu Berdoa Bersama

Tetapi, Ernest Boateng, suami dari Mary Agyapong, mengatakan "tidak benar" bahwa setahun kemudian ibu hamil masih merasa aman di tempat kerja.

“Maria cantikku meninggal setahun yang lalu, Itu telah membuat saya tanpa istri dan anak-anak saya tanpa seorang ibu,” kata Boateng.

Pada Maret 2021, penelitian dari kelompok kampanye 'Pregnant Then Screwed', mengumpulkan data dari hampir 17.000 wanita hamil dan ibu baru (3.623 di antaranya sedang hamil).

Baca Juga: Hanya 38 Persen Puas dengan Kinerja Anies Baswedan, Guntur Romli: Itu Relatif Tinggi karena Nggak Kerja

Hal tersebut mengungkapkan bahwa 57% dari mereka yang bekerja di luar rumah mengatakan bahwa mereka tidak merasa aman di tempat kerja.

Sementara, 52% mengatakan, majikan mereka belum melakukan atau tidak mengikuti penilaian risiko meskipun ada persyaratan hukum untuk melakukannya.

Ditemukan bahwa dari sepertiga wanita hamil yang bekerja di luar rumah, tiga perempat wanita hamil mengatakan bahwa mereka tidak dapat menjaga jarak secara sosial di tempat kerja.

Baca Juga: Kapal Selam TNI AL KRI Nanggala-402 Hilang Kontak, Zubairi Djoerban: Saya Sangat Khawatir

Hanya 4% dari semua wanita hamil yang diskors dari pekerjaan dengan gaji penuh atas dasar keamanan.

"Pemerintah harus berbuat lebih banyak untuk memastikan wanita hamil terlindungi dari penularan Covid-19," kata Boateng.

Boateng berharap, tidak ada keluarga lain yang merasakan hal yang dilaluinya selama 12 bulan terakhir.

Baca Juga: Kebakaran Kilang Minyak Pertamina Akibatkan Korban Meninggal, Polri Ungkap Adanya Tindak Pidana

Kepala kampanye 'Pregnant Then Screwed' Joeli Brearley mengatakan kematian Mary Agyapong akan mengubah pedoman bagi wanita hamil untuk memastikan orang lain terlindungi dengan lebih baik dari Covid-19.

Joeli mengungkapkan, pemerintah membutuhkan sembilan bulan untuk mengeluarkan panduan khusus bagi wanita hamil di tempat kerja tetapi perusahaan masih belum mematuhinya.

"Pada akhirnya, kurangnya perlindungan yang memadai ini, dan kurangnya penegakan hukum, membahayakan nyawa para wanita dan bayi mereka.” pungkasnya.

Baca Juga: Cek Fakta: Benarkah Makan Bawang dan Garam Bisa Ubah Positif Covid-19 Menjadi Negatif?

Menurut studi Royal College of Obstetricians and Gynecologists di Inggris menunjukkan, meski wanita hamil tidak memiliki gejala atau gejala ringan, wanita hamil mungkin berisiko lebih tinggi terkena penyakit parah.

Kemudian, menurut JVCI, wanita hamil yang terkena infeksi Covid-19 bergejala 2-3 kali lebih memungkinkan setelah melahirkan bayi mereka secara prematur.

Oleh karena itu, Joeli mengatakan, kampanye 'Pregnant Then Screwed' terus menyerukan kepada pemerintah untuk memastikan semua perusahaan menangguhkan wanita hamil dengan bayaran penuh jika mereka tidak dapat menjaga mematuhi panduan pemerintah.***

Editor: Tyas Siti Gantina

Sumber: The Guardian


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x