"Penurunan saham langsung dari perusahaan-perusahaan terkait ini hanyalah puncak gunung es untuk kerugian mereka di masa depan," kata Zhang Yi, CEO iiMedia Research yang berbasis di Shenzhen.
"Dan nilai merek akhir dari perusahaan-perusahaan Barat ini, yang diukur dalam kaitannya dengan potensi pertumbuhan mereka, dapat dipotong setengahnya selama lima tahun ke depan jika mereka menolak untuk memperbaiki diskriminasi mereka terhadap Tiongkok," kata Zhang, dikutip dari Global Times.
Berkaitan dengan penurunan saham itu, dibuktikan dengan sehari setelah H&M melarang penggunaan kapas Xinjiang dalam produksi mereka, kini menghadapi saham turun secara signifikan.
Adidas yang berbasis di Jerman, salah satu merek pakaian asing paling populer di kalangan konsumen Tiongkok, mengalami penurunan harga sahamnya lebih dari 6 persen pada hari Kamis.
Kemudian berdasar laporan media, Adidas, bersama dengan Nike yang berbasis di AS, melihat nilai pasar mereka turun lebih dari 70 miliar yuan (sekitar Rp153 Triliun) pada hari itu.
Ini juga yang terjadi pada nilai pasar H&M yang merosot sekitar 4,8 miliar yuan (sekitar Rp10 Triliun).
Singkatnya, aksi cinta tanah air yang ditunjukkan 40 selebritas kelahiran Tiongkok yang mendunia, kini membawa berbagai merk besar itu ke dalam krisis reputasi.
"Converse dan Adidas adalah salah satu favorit saya, sekarang mereka tidak memberi saya pilihan selain meninggalkan mereka, karena tidak ada ruang untuk kompromi dalam hal martabat nasional," Terry Xu, insinyur IT berusia 28 tahun yang berbasis di Shanghai, mengatakan kepada Global Times.