PR CIREBON – Protes melawan kudeta militer Myanmar masih berlangsung hingga sekarang.
Banyak pihak melakukan protes melawan militer di Myanmar, seperti para kaum buruh dan anak-anak muda.
Protes itu dlakukan rakyat Myanmar setelah penangkapan pemimpin sipil terpilih Aung San Suu Kyi pada awal Februari 2021 lalu.
Protes yang dilakukan dengan demonstrasi di jalan tersebut menyebabkan banyak korban jiwa.
Para demonstran ditangkap dan ditembak oleh pihak militer Myanmar, menimbulkan kecaman dari dunia internasional.
Sebagaimana diberitakan di Pikiran Rakyat dalam artikel "Dokter dan Perawat Turun ke Jalan, Tuntut Aksi Kekerasan Junta Militer Myanmar" situasi panas memakan banyak korban, para dokter dan perawat memutuskan turun ke jalan, berunjuk rasa pada Minggu 21 Maret 2021.
Para dokter dan perawat menuntut aksi damai, kekerasan para militer telah gagal menghalangi mereka untuk tetap turun berunjuk rasa.
Dengan mengenakan topi dan mengacungkan poster Aung San Suu Kyi mereka berbaris melalui Maladay, kota dan ibu kota budaya terbesar kedua di Myanmar.
Mandalay telah menjadi tempat banyak terjadinya kekerasan terburuk dari polisi dan pasukan sejak kudeta.
Baca Juga: Ramalan Horoskop Cinta 22-28 Maret 2021: Capricorn Hadapi Ketakutan dan Pisces Ada Kedamaian
Media lokal mengatakan unjuk rasa yang dilakukan oleh para dokter dan perawat itu dilakukan saat fajar untuk menghindari pasukan keamanan.
Dikabarkan AFP, pawai itu terjadi sehari setelah kelompok pemantau lokal mengkonfirmasi pembunuhan empat pengunjuk rasa di tangan pasukan keamanan di seluruh negeri.
Dua dari kematian itu terjadi di ibu kota komersial Yangon, menurut Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP).
Para pengunjuk rasa melakukan protes menyalakan lilin di kota utara Kale semalam dan meninggalkan rambu-rambu di jalan yang menyerukan intervensi PBB untuk menghentikan kekerasan di Myanmar.
Hampir 250 kematian telah dikonfirmasi dalam beberapa minggu sejak kudeta, menurut AAPP, meskipun jumlah sebenarnya bisa lebih tinggi.
Lebih dari 2.300 lainnya telah ditangkap, kata kelompok itu.
Baca Juga: Ingat! Hari ini Jadwal Pengumuman Hasil SNMPTN dan Jangan Berikan Data Pribadi Kepada Siapapun
Kecaman internasional oleh Washington, Brussels dan PBB sejauh ini gagal menghentikan pertumpahan darah di Myanmar.
Menteri luar negeri Uni Eropa diharapkan menyetujui sanksi terhadap 11 pejabat junta pada pertemuan pada hari Senin 22 Maret 2021 mendatang.*** (Rahmi Nurfajriani/Pikiran Rakyat)