Penahanan Aung Suu Kyi Diundur, Unjuk Rasa Tuntut Pembebasan sang Pemimpin Berlanjut

- 15 Februari 2021, 19:28 WIB
Para pengunjuk rasa berbaris untuk menentang kudeta militer di Yangon, Myanmar. Aksi tersebut akan terus berlanjut
Para pengunjuk rasa berbaris untuk menentang kudeta militer di Yangon, Myanmar. Aksi tersebut akan terus berlanjut /Reuters TV/REUTERS/

PR CIREBON - Pemimpin Myanmar yang digulingkan, Aung San Suu Kyi, telah ditahan hingga Rabu.

Awalnya, penahanan Aung San Suu Kyi berakhir pada Senin, seperti yang diperkirakan sebelumnya, tutur pengacaranya kepada media.

Di saat para pengunjuk rasa mulai berkumpul lagi, untuk menuntut pembebasan Aung San Suu Kyi dan diakhirinya kekuasaan militer.

Baca Juga: Presiden Jokowi Resmi Melantik Dua Pasangan Kepala Daerah Terpilih Provinsi Kaltara dan Sulut

Pasukan keamanan di Myanmar mengerahkan kendaraan lapis baja di kota-kota besar, dua minggu setelah militer menggulingkan pemerintah Aung San Suu Kyi.

Mereka menahan Aung San Suu Kyi atas tuduhan mengimpor enam radio walkie-talkie secara ilegal.

Penahanannya sendiri akan berakhir pada Senin, 15 Februari 2021.

Baca Juga: Pendaftaran SNMPTN Dibuka Hari Ini 15 Februari 2021, Begini Caranya

Akan tetapi, disampaikan pengacaranya, Khin Maung Zaw, Suu Kyi aka ditahan hingga 17 Februari.

“Apakah itu adil atau tidak, Anda bisa memutuskan sendiri,” kata Khin Maung Zaw, dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari Reuters pada Minggu, 14 Februari 2021.

Seorang anggota tim pengacara mengatakan, hakim telah berbicara dengan Suu Kyi melalui konferensi video dan dia telah bertanya apakah dia bisa menyewa pengacara.

Baca Juga: Dimulai Maret, Berikut Jenis Mobil yang Mendapat Relaksasi PPnBM 0 Persen

Kudeta yang terjadi pada 1 Februari, dan penangkapan Suu Kyi serta yang lainnya, telah memicu protes terbesar di Myanmar selama lebih dari satu dekade.

Ratusan ribu telah turun ke jalan di seluruh negeri selama 10 hari untuk mengecam kudeta, yang menggagalkan transisi tentatif negara Asia Tenggara itu menuju demokrasi, dan menuntut pembebasan Suu Kyi.

Kerusuhan yang terjadi mengingatkan lagi akan ingatan pecahnya pertentangan berdarah, terhadap hampir setengah abad pemerintahan langsung militer, yang berakhir ketika militer memulai proses penarikan diri dari politik sipil pada tahun 2011.

Baca Juga: Muannas Alaidid ke Said Didu: NKRI Selalu Jaya Asal Politisi Seperti Anda Niatnya Benar Kritik Bukan Caci Maki

Kekerasan kali ini dibatasi tetapi pada hari Minggu, polisi melepaskan tembakan untuk membubarkan pengunjuk rasa di pembangkit listrik di Myanmar utara.

Meskipun masih belum jelas, apakah mereka menggunakan peluru karet atau peluru tajam dan tidak ada kabar mengenai korban dalam peristiwa itu.***

Editor: Tyas Siti Gantina

Sumber: REUTERS


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x