Menurut PBB, tindakan itu merupakan genosida. Myanmar sebelumnya mengatakan pihaknya berkomitmen untuk pemulangan Rohingya sesuai perjanjian bilateral, dan Bangladesh mengharapkan prosesnya dimulai akhir tahun ini.
Bulan lalu, Dhaka mulai merelokasi beberapa pengungsi ke Bhasan Char, sebuah pulau terpencil di Teluk Benggala.
Baca Juga: Dudukan Toilet Adolf Hitler Akan Dilelang Minggu Depan, Diperkirakan Laku Rp254 Juta
Sejauh ini, hampir 7.000 Rohingya telah dikirim ke pulau rawan banjir itu.
Sementara itu, kudeta di Myanmar kini telah menimbulkan pertanyaan tentang pemulangan Rohingya.
"Selama empat tahun terakhir, kami telah membicarakan tentang kepulangan ke tanah air di Myanmar, tetapi tidak ada kemajuan yang dibuat," ucap Arman.
Sayed Ullah, pemimpin komunitas Rohingya lainnya di kamp Thaingkhali, mengatakan bahwa mereka tidak khawatir tentang pengambilalihan militer di tanah air mereka.
“Kami telah lama hidup di bawah rezim militer. Pemerintah sipil Aung Sun Suu Kyi tidak melakukan apa-apa untuk kami. Mereka tidak memprotes genosida yang terjadi di komunitas kami,” paparnya.
Namun, Ullah khawatir pengambilalihan militer berarti proses repatriasi mereka yang lebih tidak pasti.