Dikutip Cirebon.Pikiran-Rakyat.com dari Aljazeera, begini reaksi dari pemerintah, kelompok hak asasi manusia dan lainnya:
Myanmar
Thant Myint-U, seorang sejarawan dan penulis Myanmar, mengatakan "pintu terbuka untuk masa depan yang sangat berbeda".
"Saya memiliki firasat buruk bahwa tidak ada yang benar-benar dapat mengendalikan apa yang akan terjadi selanjutnya," tulisnya dalam sebuah tweet.
"Dan ingat Myanmar adalah negara yang penuh dengan senjata, dengan perpecahan yang mendalam lintas etnis dan agama, di mana jutaan orang hampir tidak bisa menghidupi diri mereka sendiri," sambungnya.
Baca Juga: Tanggapi Kudeta Pemerintahan Myanmar, Australia Desak Militer Bebaskan Para Pemimpin Terpilih
Australia
Menteri Luar Negeri Australia Marise Payne mengungkapkan keprihatinan yang mendalam.
"Atas laporan bahwa militer Myanmar sekali lagi berusaha untuk menguasai Myanmar dan telah menahan Penasihat Negara Daw Aung San Suu Kyi dan Presiden U Win Myint," ungkapnya.
"Kami menyerukan kepada militer untuk menghormati supremasi hukum, untuk menyelesaikan sengketa melalui mekanisme yang sah dan untuk segera membebaskan semua pemimpin sipil dan orang lain yang telah ditahan secara tidak sah," sambungnya.