Pelantikan Joe Biden akan Terasa Seperti Masa Perang, FBI Sebut Kemungkinan Ada Protes Bersenjata

- 16 Januari 2021, 17:13 WIB
Calon Presiden Amerika Serikat, Joe Biden
Calon Presiden Amerika Serikat, Joe Biden /instagram.com/@joebiden

PR CIREBON – Pelantikan Presiden terpilih Amerika Serikat (AS), Joe Biden diduga akan terasa mencekam seperti dalam masa perang.

Pasalnya, berbagai kisruh telah terjadi dan menghebohkan negeri tersebut menjelang dilantiknya Presiden baru mereka.

Diketahui sebelumnya, serangan yang menimpa gedung Capitol AS oleh para pendukung Donald Trump pada 6 Januari lalu telah menggemparkan publik.

Baca Juga: Ramalan Denny Darko Soal Hubungan Asmara Gisel: Selesai dengan Wijin dan Akan Kembali ke Gading

Suasana terasa semakin suram pada seminggu setelah serangan kekerasan dan seminggu sebelum Joe Biden akan mengambil sumpah jabatan di Front Barat Capitol.

Dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari Jerussalem Post, sejumlah penjagaan mulai dikerahkan secara ketat guna menjaga dan mencegah terjadinya hal yang tidak diinginkan.

Pagar panjang mengelilingi Gedung Capitol dan semua gedung perkantoran Senat dan Gedung DPR. Di belakang barikade, puluhan pasukan Garda Nasional bolak-balik berpatroli.

Baca Juga: Soal Kasus Kerumunan Raffi Ahmad, Rocky Gerung: Pake Aja Prosedur yang Sama dengan Habib Rizieq

Sementara itu, situasi di dalam Capitol juga tidak kalah nyata, karena ratusan pasukan Garda Nasional terlihat sedang tidur siang di lantai Pusat Pengunjung, dan anggota Kongres diharuskan melalui detektor logam sebelum memasuki Lantai Gedung.

Kepala Polisi DC mengatakan, sebanyak 20.000 tentara dapat dikerahkan ke kota itu.

Pelantikan Biden tidak akan pernah terasa biasa karena di lembaga-lembaga demokrasi di Washington telah meningkatkan suasana ketegangan.  

Baca Juga: Denny Darko Ungkap Ramalannya Soal Hubungan Wijin dan Gisel Pasca Terungkapnya Video Syur

Ini terjadi di tengah pandemi Covid-19 yang memburuk di AS, dengan kasus dan kematian yang meningkat setiap hari.

Presiden terpilih dan Walikota Washington Muriel Bowser telah mendorong orang untuk tidak menghadiri pelantikan, dan merayakannya secara virtual.

Acara tersebut akan diadakan di bawah ancaman kekerasan lebih lanjut, karena FBI telah memperingatkan kemungkinan protes bersenjata di seluruh 50 negara bagian.

Baca Juga: Sentil Soal Mimpi Presiden Jokowi, Gus Umar: Ada Yang Berani Laporin Mimpi Pakde Ke Polisi?

“Peresmiannya akan berbeda karena Covid, dengan jumlah pengunjung yang jauh berkurang. Ditambah juga akan ada keamanan yang jauh lebih terlihat," jelas David Zarefsky, profesor emeritus di Sekolah Komunikasi Universitas Northwestern.

“Pelantikan akan terasa seperti masa perang, lengkap dengan pasukan Pengawal Nasional yang bersenjata lengkap dan pagar keamanan yang mengancam,” kata Thomas Whalen, penulis dan sejarawan politik Universitas Boston.

"Washington, DC, tidak terlihat seperti ini sejak 1945 ketika Perang Dunia II masih berkecamuk dan Franklin Roosevelt menghadiri pelantikan presiden keempat dan terakhirnya," tambahnya.

Baca Juga: Mengenang Syekh Ali Jaber, Banyak Orang Tak Tahu Jika Almarhum Pernah Gabung di Tim Sepak Bola NTB

Menurut Jason Isaacson, seorang kepala kebijakan dan pejabat urusan politik di Komite Yahudi Amerika, ada beberapa preseden di Washington menjelang pelantikan minggu depan.

"Kami telah melakukan pelantikan di tengah perang, depresi, resesi, dan krisis lainnya," katanya.

Menurutnya pula, sekitar seminggu kedepan, persidangan akan terasa mencekam dalam bayang-bayang pemberontakan.

Baca Juga: Vaksinasi Dimulai, Simak Berikut Manfaat Vaksin bagi Tubuh Manusia

“Jadi ada banyak hal yang akan berbeda,” ujarnya.

Biden akan memasuki Gedung Putih seminggu setelah pendahulunya dimakzulkan oleh DPR karena "menghasut pemberontakan," dan Senat mulai berdebat apakah akan menghukum atau membebaskan.

Seperti Whalen, Isaacson percaya bahwa pemberontakan dan akibatnya tidak akan cepat hilang, “dan seharusnya tidak.

Baca Juga: Terbukti Konsumsi Sabu, Vokalis Grup Band Kapten Ditangkap, Tes Urine Dinyatakan Positif Narkoba

"Kita bisa mengharapkan peluncuran agenda ambisius di minggu-minggu pertama kepresidenan Biden - sementara, secara paralel, Senat akan mengangkat impeachment dari pendahulu Biden," tambahnya.

Menurut Zarefsky, AS berada di persimpangan jalan dan perlu memutuskan apakah 6 Januari menandai akhir atau awal dari sesuatu.

“Membersihkan Trump dapat membuat Biden lebih mudah mencapai tujuannya untuk mempersatukan negara. Di sisi lain, reaksi dari pendukung keras Trump mungkin membuatnya lebih sulit. Saya tidak bisa memprediksi pandangan mana yang lebih mungkin menang, ” katanya. ***

Editor: Tyas Siti Gantina

Sumber: Jerussalem Post


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah