PR CIREBON - Menurut database Aviation Safety Network ada 697 kematian kecelakaan pesawat di Indonesia selama dekade terakhir.
Termasuk pesawat militer dan pribadi, kondisi tersebut menyebabkan Indonesia menjadi pasar penerbangan paling mematikan di dunia, di depan Rusia, Iran, dan Pakistan.
Terkait jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ 182, disampaikan agar Boeing memberikan panduan ke Indonesia
Baca Juga: Vaksinasi Dimulai 13 Januari, Luhut: Tiga Bulan akan Kelihatan Dampak Baiknya
Untuk dapat memulihkan kepercayaan masyarakat pada industri penerbangan.
"Kecelakaan hari Sabtu tidak ada hubungannya dengan MAX, tetapi Boeing sebaiknya memandu Indonesia, yang memiliki catatan keselamatan udara tidak tetap"
"Untuk memulihkan kepercayaan industri penerbangannya," kata Shukor Yusof, kepala konsultan penerbangan yang berbasis di Malaysia Endau Analytics.
Baca Juga: Informasi Terbaru, Tim DVI RS Polri Terima 16 Kantong Jenazah dan 3 Properti
Pihak berwenang menemukan perekam data penerbangan jet Sriwijaya dan perekam suara kokpit pada hari Minggu, tetapi para ahli mengatakan masih terlalu dini.
Dalam hal untuk menentukan faktor-faktor bertanggung jawab atas jatuhnya pesawat berusia hampir 27 tahun itu.
Menurut situs pelacakan FlightRadar24, pesawat Sriwijaya naik ke ketinggian 10.900 kaki dalam waktu empat menit tetapi kemudian mulai turun tajam dan berhenti mengirimkan data 21 detik kemudian.
Baca Juga: Soal Kecelakaan Pesawat, Azis Syamsuddin dan Menko Luhut Desak Pemerintah Perbaiki Mutu Penerbangan
"Ada banyak suara yang dibuat tentang kecepatan penurunan terakhirnya," kata Geoff Dell, pakar investigasi kecelakaan udara yang berbasis di Australia.
Sebagaimana dilansir Cirebon.Pikiran-Rakyat.com dari Reuters pada Minggu, 10 Januari 2021.
Catatan operasi Sriwijaya juga akan diawasi.