Kepulangan Abu Bakar Ba'asyir Disorot Media Asing, Bandingkan Pengaruh Ba'asyir dengan Habib Rizieq

- 9 Januari 2021, 16:05 WIB
Abu Bakar Ba'asyir saat tiba di Ngruki.
Abu Bakar Ba'asyir saat tiba di Ngruki. //Antara foto dok. 

PR CIREBON – Media Asing Al Jazeera menyoroti kepulangan Abu Bakar Ba'asyir yang dibebaskan dari masa penjara pada Jumat, 8 Januari 2021 kemarin.

Media tersebut, menyoroti Abu Bakar Ba'asyir berdasarkan keterangan yang didapat dari anggota JI yang tinggal bersama Bashir di Malaysia, Fahirin.

Farihin, seorang anggota JI yang tinggal bersama Ba'asyir di Malaysia selama beberapa tahun, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa ia mengunjungi ulama tersebut di penjara dua bulan lalu.

Baca Juga: Sebut Donald Trump Sombong, Fahri Hamzah: Kekuasaan itu Sementara dan Ada Periodenya

Menurut keterangannya, meskipun Ba'asyir tampak sehat secara fisik, namun Ia kesulitan mengingat nama-nama tim hukumnya, teman dan kenalan lainnya.

Meski demikian, Ba'asyir menegaskan tahun-tahun penahanan tidak akan mengurangi efek ideologis Ba'asyir.

“Dia masih memiliki pengaruh kuat di Indonesia,” kata Fahirin menjelang pembebasan Bashir, seperti dilansir Cirebon.Pikiran-Rakyat.com dari Al Jazeera.

“Karena itulah pemerintah Indonesia sangat takut padanya. Mereka lebih mengkhawatirkan Ba'asyir daripada Rizieq karena pengaruh Ba'asyir jauh lebih situasional. Satu kata darinya (Ba'asyir) dan semua pengikutnya akan bangkit. Dan dia percaya pada jihad bersenjata,” sambungnya.

Baca Juga: Sebut Donald Trump Sombong, Fahri Hamzah: Kekuasaan itu Sementara dan Ada Periodenya

Muhammad Rizieq Shihab, seorang cendekiawan Muslim garis keras dan pemimpin Front Pembela Islam (FPI), ditangkap pada 12 Desember dan saat ini ditahan karena didakwa melakukan tindakan kriminal dan melanggar protokol kesehatan.

Sedangkan Ulama garis keras Abu Bakar Ba'asyir menjalankan sebuah pesantren dan menginspirasi pengabdian dan jihad diantara para pengikutnya.

Pemimpin spiritual kelompok yang sekarang dilarang Jemaah Islamiyah ini ialah yang melakukan pengeboman Bali pada tahun 2002, akhirnya dipenjara karena mendukung kamp pelatihan pejuang di provinsi timur Aceh.

Pada 2019, menjelang pemilihan presiden Indonesia, Presiden Joko Widodo dikabarkan bermain-main dengan gagasan pemberian grasi kepada Ba'asyir atas dasar kemanusiaan, mengingat usianya yang lanjut dan kesehatan yang menurun, sebuah saran yang memicu tuduhan bahwa presiden itu menenangkan kelompok-kelompok garis keras.

Baca Juga: Akun Twitter Donald Trump Resmi Ditutup, Fahri Hamzah: Kemarin Belagunya Kayak Apa

Rencana grasi tersebut dibatalkan ketika Ba'asyir diduga menolak untuk bersumpah setia kepada ideologi negara Indonesia yang dikenal sebagai Pancasila.

Ba'asyir meninggalkan penjara setelah menjalani 11 tahun dari hukuman 15 tahun, setelah menerima waktu remisi 55 bulan untuk perilaku yang baik. Hukuman itu juga termasuk tahun yang dia habiskan di penjara setelah penangkapannya pada 2010.

Menurut Quinton Temby, seorang rekan tamu di ISEAS-Yusof Ishak Institute di Singapura, kepentingan Ba'asyir sekarang lebih bersifat simbolis daripada material.

“Pembebasan Ba'asyir dapat membuatnya menjadi simbol yang kuat bagi oposisi Islam karena pandangan yang dia pegang selama beberapa dekade, bahwa negara Indonesia adalah rezim tirani yang tidak Islam, semakin populer di kalangan oposisi,” kata Temby kepada Al Jazeera.

Baca Juga: Presiden Iran Hassan Rouhani Sebut Tindakan Donald Trump sebagai Aib Bagi Negara Amerika Serikat

"Dia bebas tanpa menyerah pada tuntutan pada tahun 2019 untuk menandatangani sumpah setia kepada negara, jadi mandatnya telah ditingkatkan dalam beberapa tahun terakhir."

Menurut Judith Jacob, analis terorisme dan keamanan di London School of Economics, penangkapan baru-baru ini menunjukkan bahwa layanan keamanan Indonesia "sangat efektif" dalam menahan ancaman yang ditimbulkan oleh kelompok garis keras.

Dan meski kebebasan Ba'asyir mungkin memberikan ancaman, dia mengatakan situasi di Indonesia juga telah berubah.

"Pembebasan Ba'asyir akan menjadi sedikit kekuatan bagi militan yang terkepung karena mereka kemungkinan besar akan berbicara tentang bagaimana pembebasan Ba'asyir adalah bentuk kekalahan bagi negara dan kemenangan bagi orang yang tetap percaya ideologi Ba'asyir," katanya kepada Al Jazeera.

Baca Juga: Akui Mengidap Penyakit Mental, Ariel Tatum Sering Sakiti Diri Sendiri hingga Ingin Bunuh Diri

“Untuk bagiannya, Ba'asyir akan mampu mendorong dan mengabadikan kebajikan jihad lebih mudah daripada saat di penjara. Meskipun demikian, kita tidak boleh melebih-lebihkan simbolisme pembebasan dan efek dari mimbarnya yang melebar. Ba'asyir bukanlah ideolog hebat seperti dulu,” pungkas Jacob.***

Editor: Rahmi Nurlatifah

Sumber: Aljazeera


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah