Tanggapi Sikap Macron yang Melawan 'Separatisme Islam', Mahathir Mohamad: Muslim Berhak untuk Marah

30 Oktober 2020, 08:25 WIB
Mantan Perdana Menteri Malaysia Dr. Mahathir Mohamad.* /Akun Twitter Resmi @chedetofficial/ /

PR CIREBON – Pernyataan yang dikeluarkan oleh Presiden Prancis Emmanuel Macron tentang Islam, menuai banyak kemarahan umat muslim di berbagai belahan dunia.

Mantan Perdana Menteri Malaysia mengatakan Muslim memiliki 'hak untuk marah dan membunuh jutaan orang Prancis' hanya beberapa jam setelah penyerang yang tidak diketahui identitasnya memenggal satu wanita dan membunuh dua lainnya di sebuah gereja di Prancis.

Komentar yang menghasut itu adalah bagian dari cuitan Twitter dari Dr. Mahathir Mohamad, yang mencela budaya Barat dan Presiden Prancis Emmanuel Macron karena menolak untuk mencela karikatur Nabi Muhammad yang telah memicu tiga serangan dalam dua bulan di Prancis.

Baca Juga: Antisipasi Lonjakan Covid-19, Pengunjung Wisata Sari Ater Subang di Rapid Test Massal

Macron juga berjanji untuk melawan 'separatisme Islam' setelah pemenggalan kepala guru sekolah Samuel Paty di pinggiran kota Paris pada 16 Oktober.

“Macron tidak menunjukkan bahwa dia beradab. Dia sangat primitif dalam menyalahkan agama Islam dan Muslim atas pembunuhan guru sekolah yang menghina itu. Itu tidak sesuai dengan ajaran Islam,” tulis Mahathir Mohamad di Twitter, dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari NYPost.

Karikatur Muhamad dilarang oleh Islam dan penistaan adalah masalah yang meledak di berbagai negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam.

Baca Juga: Berada di Tengah Pandemi Covid-19, Jumlah Penumpang Pesawat Cetak Rekor Tertinggi

Hal yang membuat Mahathir geram adalah pernyataan Presiden Prancis Emmanuel Macron yang tidak seimbang pada kasus ini. Emmanuel Macron menyebutkan bahwa pembunuh merupakan Islam Radikal, akan tetapi guru yang mempertontonkan karikatur Nabi Muhammad merupakan sebuah kebebasan berpendapat.

“Tapi terlepas dari agama yang dianut, orang yang marah lalu membunuh. Prancis dalam perjalanan sejarahnya telah membunuh jutaan orang. Banyak yang dibunuh adalah umat Muslim,” tutur Mahathir dalam menjelaskan sejarah kelam Prancis.

"Muslim memiliki hak untuk marah dan membunuh jutaan orang Prancis atas pembantaian yang dilakukan Prancis di masa lalu," ujar Mahathir.

Baca Juga: Bawaslu Bengkalis Riau Terima Laporan Dugaan Politik Uang dari Satu Paslon: Pembagian Pupuk

Mahathir Mohamad juga mengatakan 'Barat' tidak boleh memaksakan pandangan dan nilai-nilainya kepada orang lain.

“Melakukan itu berarti merampas kebebasan orang-orang ini,” tulisnya.

Malaysia adalah rumah bagi lebih dari 32 juta orang, 61 persen di antaranya beragama Islam dan mempraktikkan Islam.

Baca Juga: Demi Pertumbuhan Ekonomi, Wali Kota Cirebon Ajak Pelaku Usaha Jadi Agen Protokol Kesehatan

Komentar Mahathir Mohamad muncul setelah serangan ketiga yang terjadi di Prancis dalam dua bulan, yang menewaskan tiga orang di Basilika Notre Dame di Nice. Penyerang yang diduga memegang pisau berada dalam tahanan polisi.

Walikota Christian Estrosi menyebut penyerang sebagai 'teroris' yang berteriak 'Allahu akbar!' yang dalam Bahasa Arab memiliki arti 'Tuhan Maha Besar' berulang kali saat polisi menangkapnya.***

Editor: Irma Nurfajri Aunulloh

Sumber: NY Post

Tags

Terkini

Terpopuler