Membelot ke AS demi Kebenaran Asal Covid-19, Ilmuwan Tiongkok: Saya Pernah Lapor, Tapi Mereka Diam

13 Juli 2020, 16:00 WIB
Li Meng Ilmuwan Tiongkok yang kabur ke AS //*Fox News

PR CIREBON - Sejumlah ilmuwan Tiongkok yang merasa harus mengungkapkan kebenaran dibalik asal mula Covid-19, terpaksa melarikan diri dari negaranya ke Amerika Serikat, termasuk Li Meng Yan yang diketahui bekerja sebagai Spesialis Virologi dan Imunologi di Hongkong School of Public Health.

Kepada Fox News, Li mengisahkan jalan pelariannya dari negara yang sengaja menutupi sejumlah fakta terkait Covid-19.

Tepatnya, Li meyakini Pemerintah Tiongkok tahu terkait Covid-19, jauh sebelum diungkap ke publik. Hanya saja, beberapa atasannya memilih mengabaikan laporan penelitianya di awal pandemi yang dia percaya bisa menyelamatkan nyawa manusia.

Baca Juga: Mikro Droplet Covid-19 Lebih Berbahaya dan Tak Bisa Dicegah Faceshield, Yuri: Masker, Lebih Baik

Padahal seharusnya, rekan penelitinya di Tiongkok merasa memiliki kewajiban untuk memberi tahu dunia, mengingat status mereka sebagai laboratorium rujukan Organisasi Kesehatan Dunia yang berfokus dalam virus influenza dan pandemi, terutama ketika virus mulai menyebar pada awal tahun 2020.

Adapun pelarian Li dimulai saat ia nekat berangkat ke AS pada 28 April 2020 dengan menumpang sebuah pesawat Catchay Pasific, sekaligus telah merencanakan jauh-jauh hari pelariannya tersebut.

Atas pelariannya itu, Yan percaya hidupnya dalam bahaya dan sangat mungkin tidak akan pernah bisa kembali ke rumahnya dan hidup dengan normal lagi.

Baca Juga: Menkes Terawan Pindah Kantor ke Jatim usai Ditekan Presiden Jokowi dalam Tenggat Waktu 2 Minggu

"Alasan saya datang ke AS adalah karena saya menyampaikan pesan kebenaran Covid-19," katanya dilaporkan Fox News dari lokasi yang dirahasiakan.

Bahkan, dia mengklaim bahwa saat sekrang ia mencoba menceritakan kisahnya di Tiongkok, dia akan dapat menghilang dan dibunuh.

Pasalnya, Li mengaku bahwa dia adalah salah satu ilmuwan pertama di dunia yang mempelajari virus serupa SARS ini.

"Pemerintah Tiongkok melarang para ahli di luar negeri, termasuk di Hong Kong, melakukan penelitian di Tiongkok," katanya.

Baca Juga: Jerat Leher dengan Seutas Kabel, WNA Tersangka Eksploitasi 305 Anak di Jakarta Meninggal Bunuh Diri

Tepatnya, ini bermula saat salah satu rekan ilmuwan di Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Tiongkok, memberi tahu tentang kemungkinan penularan dari manusia ke manusia kepada Li pada 31 Desember 2019, jauh sebelum Tiongkok atau WHO mengakuinya.

Saat itu, Li segera melaporkan beberapa temuan awal ini ke bosnya, tetapi hanya dijawab dengan anggukan dan menyuruhnya untuk kembali bekerja. Hingga beberapa hari kemudian, tepatnya 9 Januari 2020, WHO mengeluarkan pernyataan.

"Menurut pihak berwenang China, virus tersebut dapat menyebabkan penyakit parah pada beberapa pasien dan tidak mudah menular di antara manusia. Ada informasi terbatas untuk menentukan risiko keseluruhan klaster yang dilaporkan ini," ujarnya.

Baca Juga: Layanan Hotel Pembawa Musibah, Sediakan Hubungan Intim dengan Staf hingga Buat Klaster Baru Covid-19

Lebih dari itu, dia juga mengklaim asisten direktur laboratorium yang berafiliasi dengan WHO, Profesor Malik Peiris juga mengetahui, tetapi tidak melakukan apa-apa dan tidak menanggapi permintaan komentar.

Meskipun bila merujuk Situs web WHO, Peiris tercantum sebagai "penasihat" pada Komite Darurat Peraturan Kesehatan Internasional WHO untuk Pneumonia karena Covid-19 tersebut.

Di sisi lain sebagai tanggapan, WHO dan Tiongkok sendiri membantah keras soal menutup-nutupi virus corona. WHO membantah bahwa Li, Poon atau Peiris pernah bekerja secara langsung untuk organisasi tersebut.

Baca Juga: Bioskop Indonesia Segera Dibuka, Berikut Protokol Kesehatan yang Harus Diperhatikan Pecinta Film

"Profesor Malik Peiris adalah pakar penyakit menular yang telah berada di misi WHO dan kelompok ahli seperti banyak orang terkemuka di bidangnya," kata juru bicara WHO Margaret Ann Harris lewat email.

"Itu tidak membuatnya menjadi anggota staf WHO, juga tidak mewakili WHO," tegas perwakilan WHO kepada Fox News.

Sementara itu, lansiran dari Daily Mail ditemukan pernyataan Kepala Strategi Gedung Putih, Steve Bannon belum lama ini. Ia memastikan keberadaan sejumlah ilmuwan Tiongkok yang membelot di AS bertujuan untuk menyingkap misteri yang disembunyikan selama ini.

Baca Juga: Komentari Skandal Narkoba Han Seo Hee, Warga Korea Marah: Dia Ceroboh dengan Hidupnya

"Saya tahu bahwa sejumlah pembelot bekerja dengan FBI di sini untuk mencoba menyatukan apa yang terjadi di institut Wuhan, yang katanya dijalankan dengan sangat buruk dan salah dikelola," pungkas Bannon.***

 

Editor: Khairunnisa Fauzatul A

Sumber: Daily Mail Fox News

Tags

Terkini

Terpopuler