Tiongkok Jadi Musuh Paling Agresif, AS Merasa Terancam dengan Operasi 'Perburuan Rubah'

9 Juli 2020, 13:00 WIB
BENDERA Tiongkok dan bendera AS.* /AP / Thomas Peter/

PR CIREBON - Ketegangan dua negara maju, Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok seolah enggan menyurut dan justru lebih meningkat panas. Mulai dari saat AS menyalahkan Tiongkok sebagai penyebab pandemi Covid-19.

Tiongkok pun dianggap sudah mulai menyusup ke tatanan hidup AS, seperti yang dikatan Biro Penyelidikan Federal Amerika Serikat (FBI) bahwa operasi spionase Tiongkok merupakan ancaman terbesar bagi AS dalam jangka panjang.

Dalam detailnya, Direktur FBI, Christopher Wray menuduh pemerintah Tiongkok telah mendalangi operasi untuk mencuri rahasia dagang.

Baca Juga: Cek Fakta: Benarkah Gunakan Kantong Plastik saat Berbelanja akan Kena Denda Rp250 Ribu?

Bahkan, Tiongkok juga disebut FBI telah mengancam tatanan hidup AS dalam konteks yang lebih besar.

Ini dimulai saat FBI membongkar satu kasus kontra-intelijen baru yang melibatkan Tiongkok setiap sepuluh jam yang menghasilkan setidaknya upaya untuk menjadi satu-satunya negara adikuasa di dunia dengan segala cara yang diperlukan.

"Kami sekarang sudah mencapai titik di mana FBI kini membuka kasus kontra-intelijen baru terkait Tiongkok setiap 10 jam," kata Wray.

Baca Juga: Bukan Surabaya yang Tertinggi, Dr Tirta Ungkap 11 Daerah Risiko Penularan Covid-19 di Jawa Timur

Hal itu disampaikan Wray dalam pidatonya di Institut Hudson di Washington, Selasa 7 Juli 2020.

Melansir dari BBC, Wray menguraikan gambaran yang jelas tentang campur tangan Tiongkok dalam kampanye spionase ekonomi yang luas, pencurian data dan moneter serta kegiatan politik ilegal.

"Dari hampir 5.000 kasus kontra-intelijen aktif saat ini yang sedang berlangsung di seluruh negeri, hampir setengahnya terkait Tiongkok," sambungnya.

Baca Juga: Gegerkan Dunia Maya, Sebuah Video TikTok Perlihatkan Hewan Aneh Berlengan Panjang Layaknya Manusia

Lebih lanjut, Wray juga mengungkapkan bahwa Presiden Xi Jinping telah mempelopori program yang disebut "perburuan rubah".

Program ini menargetkan warga negara Tiongkok di luar negeri yang dipandang sebagai ancaman bagi pemerintah Tiongkok.

"Pemerintah Tiongkok ingin memaksa mereka kembali ke Tiongkok, dan taktik Tiongkok untuk melakukan itu mengejutkan. Ketika tidak bisa menemukan satu target perburuan rubah, pemerintah Tiongkok mengirim utusan untuk mengunjungi keluarga target di sini, di Amerika Serikat,

Baca Juga: Berdamai dengan Perpisahan, Anak Ini Cicipi Lagi Makanan Terakhir Sang Ibu yang Dibekukan 5 Tahun

"Pesan yang mereka sampaikan? Target itu memiliki dua pilihan: kembali ke Tiongkok segera, atau bunuh diri," jelas Wray.

Dengan demikian, hal yang disampaikan Wray jelas menandakan bahwa Washington sekarang melihat Beijing tidak hanya sebagai musuh yang agresif, sekaligus jadi pesaing ambisius dalam kepemimpinan global.***

Editor: Khairunnisa Fauzatul A

Sumber: BBC

Tags

Terkini

Terpopuler