Sebut Mampu Selamatkan Puluhan Ribu Orang, WHO Setujui Penggunaan Vaksin Malaria untuk Anak-anak di Afrika

7 Oktober 2021, 16:44 WIB
ILUSTRASI - WHO mengungkapkan persetujuan mereka terhadap penggunaan vaksin penyakit Malaria untuk anak-anak di Afrika. /pixabay.com/41330

PR CIREBON – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengungkapkan bahwa satu-satunya vaksin yang disetujui untuk penyakit malaria harus diberikan secara luas kepada anak-anak Afrika.

Vaksin yang direkomendasikan WHO itu dikatakan kemajuan besar untuk mencegah penyakit Malaria yang membunuh ribuan orang setiap tahun.

Rekomendasi vaksin Malaria dari WHO adalah RTS,S atau Mosquirix, vaksin yang dikembangkan oleh pembuat obat Inggris GlaxoSmithKline (GSK).

Baca Juga: 3 Cara Diet Sederhana untuk Menurunkan Berat Badan dengan Cepat!

Sejak 2019, 2,3 juta dosis Mosquirix telah diberikan kepada bayi di Ghana, Kenya, dan Malawi dalam program percontohan skala besar yang dikoordinasikan oleh WHO.

Mayoritas dari mereka yang meninggal akibat Malaria merupakan anak-anak berusia di bawah lima tahun. Program vaksinasi itu merupakan satu dekade uji klinis di tujuh negara Afrika.

"Ini adalah vaksin yang dikembangkan di Afrika oleh para ilmuwan Afrika dan kami sangat bangga," kata direktur jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus, dilansir PikiranRakyat-Cirebon.com dari Reuters.

Baca Juga: Kerap Dijodohkan dengan Aktor hingga Penyanyi Tampan Tanah Air, Begini Reaksi dari Enzy Storia!

"Menggunakan vaksin ini selain tindakan yang ada untuk mencegah malaria dapat menyelamatkan puluhan ribu jiwa muda setiap tahun," tambahnya.

Tindakan anti-malaria yang dimaksud seperti kelambu dan penyemprotan untuk membunuh nyamuk yang menularkan penyakit.

Salah satu bahan dalam vaksin Mosquirix bersumber dari tumbuhan hijau langka asli Chili yang disebut pohon Quillay.

Baca Juga: Lee Jung Jae Dibayar Rp32,4 Miliar dalam Squid Game, Lantas Berapa Penghasilan Rekan Bintang Lainnya?

Malaria jauh lebih mematikan daripada Covid-19 di Afrika. Penyakit itu membunuh 386.000 orang Afrika pada 2019, menurut perkiraan WHO, dibandingkan dengan 212.000 kematian Covid-19 yang dikonfirmasi dalam 18 bulan terakhir.

WHO mengatakan 94 persen kasus dan kematian malaria terjadi di Afrika, benua berpenduduk 1,3 miliar orang.

Penyakit yang dapat dicegah ini disebabkan oleh parasit yang ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi. Gejalanya meliputi demam, muntah, dan kelelahan.

Baca Juga: Tes Kepribadian: Bentuk Jejak Kaki Bisa Mengungkap Tentang Diri Anda, Ada yang Percaya Diri

Efektivitas vaksin dalam mencegah kasus malaria parah pada anak-anak hanya sekitar 30 persen, tetapi ini adalah satu-satunya vaksin yang disetujui.

Regulator obat Uni Eropa menyetujuinya pada 2015, dengan mengatakan manfaatnya lebih besar daripada risikonya.

"Inilah cara kami memerangi malaria, menambah tindakan yang tidak sempurna di atas satu sama lain," kata Ashley Birkett, yang memimpin pekerjaan vaksin malaria global di Path.

Baca Juga: Presiden Jokowi Sampaikan Pesan Penting pada Prabowo Subianto soal Pertahanan Indonesia, Berikut Ulasannya!

Vaksin lain melawan malaria yang disebut R21/Matrix-M yang dikembangkan oleh para ilmuwan di Universitas Oxford Inggris menunjukkan kemanjuran hingga 77 persen dalam studi selama setahun.

Perusahaan pembuat vaksin malaria, GSK, menyambut baik rekomendasi WHO.

"Keputusan penting yang telah lama ditunggu-tunggu ini dapat menghidupkan kembali perang melawan malaria di wilayah tersebut pada saat kemajuan dalam pengendalian malaria terhenti," ujar Thomas Breuer, kepala petugas kesehatan global GSK.

Baca Juga: Harga Batagor Tidak Masuk Akal, Pemkot Bandung Kini Wajibkan PKL Tampilkan Harga Jual Produk!

Rekomendasi tersebut diumumkan bersama di Jenewa oleh badan penasehat utama WHO untuk malaria dan imunisasi, Kelompok Penasihat Kebijakan Malaria dan Kelompok Penasihat Strategis Ahli Imunisasi.

Para ahli mengatakan tantangannya sekarang adalah memobilisasi pembiayaan untuk produksi dan distribusi vaksin ke beberapa negara termiskin di dunia.

GSK hingga saat ini berkomitmen untuk memproduksi 15 juta dosis Mosquirix setiap tahun hingga tahun 2028 dengan biaya produksi ditambah margin tidak lebih dari 5 persen.

Baca Juga: Netflix Dikabarkan Akan Garap Musim Kedua Serial 'Sweet Home', Tak Lagi Dibintangi oleh Song Kang?

Aliansi vaksin GAVI, kemitraan publik-swasta global, akan mempertimbangkan pada bulan Desember apakah dan bagaimana mendanai program vaksinasi.***

Editor: Linda Agnesia

Sumber: Reuters

Tags

Terkini

Terpopuler