Perjuangan Afrika dalam Dekolonisasi Disebut-sebut Terulang Kembali di Afghanistan

5 September 2021, 17:45 WIB
Pengambilalihan Afghanistan oleh pasukan Taliban telah mengulang kembali sejarah perjuangan Afrika dalam dekolonisasi. /Kantor Komunikasi Pemerintah Negara Qatar/Handout via Reuters

PR CIREBON - Pengambilalihan Afghanistan oleh pasukan Taliban telah mengulang kembali sejarah perjuangan Afrika dalam dekolonisasi.

Mundurnya pasukan sekutu Amerika Serikat (AS) dari Afghanistan membuat warga Afghanistan merasa ditinggalkan, namun juga sebuah harapan baru bagi negaranya.

Sementara itu, Taliban telah resmi berkuasa dan menunjuk seorang pemimpin dari kalangan mereka untuk menjadi Presiden Afghanistan.

Baca Juga: Begini Tanggapan Seorang Ahli Tarot Mengenai Arya Saloka dan Hubungannya Bersama Sang Istri

Dilansir PikiranRakyat-Cirebon.com dari Middle East Monitor, Orang Amerika, tampaknya telah mengambil satu halaman dari buku pedoman kolonial pemukim yang kalah di Afrika.

Ketika rezim kolonial pemukim Portugis akhirnya dikalahkan di Mozambik pada tahun 1975, mereka membawa semua barang dan modal yang mereka bisa bawa.

Adapun harta benda yang tidak dapat mereka bawa seperti gedung dan traktor, mereka musnahkan.

Baca Juga: Ramalan Horoskop Karier Keuangan, 5 September 2021: Leo Tenanglah, Virgo Ada Pengeluaran, dan Libra Teliti

Di Aljazair, gambaran serupa muncul. Selama keberangkatan mereka, Prancis mengambil ratusan ribu peta dan dokumen sejarah dari masa kolonial (1830-1962) dan lainnya yang berasal dari era Ottoman (1518-1830).

Hari ini, pihak berwenang Aljazair terkunci dalam pertempuran diplomatik sengit untuk mengambil dokumen dari Prancis.

Mereka menolak untuk mengembalikannya dengan alasan bahwa mereka diklasifikasikan dan tunduk pada rahasia pertahanan nasional.

Baca Juga: Keluarga Korban 9/11 Desak Joe Biden Buka File Rahasia tentang Peran Arab Saudi dalam Penyerangan Al-Qaeda

Selain dokumen sejarah, Prancis juga menolak mengembalikan tengkorak para pejuang perlawanan yang tewas dan kemudian dipenggal kepalanya saat perang kemerdekaan.

Trofi kolonial ini diketahui sekarang dipajang di Museum Homme di Paris.

Seperti di Aljazair, kekalahan AS di Afghanistan telah membuat para kolaborator, profesional, dan orang-orang yang memiliki keterampilan teknis dan manajerial segera pergi.

Baca Juga: Ramalan Horoskop Karier Keuangan, 5 September 2021: Taurus Spekulatif, Gemini Fokus, dan Cancer Ada Kenaikan

Masih harus dilihat berapa lama sambutan mereka akan berlangsung di Barat, terlepas dari janji awal mereka untuk menerima semua orang yang mencari perlindungan, beberapa negara Eropa mulai menyatakan keprihatinan atas jumlah tersebut.

Harus diingat bahwa hanya setelah tekanan internasional yang kuat, pemerintah Charles de Gaulle setuju untuk memukimkan kembali 40.000 orang Aljazair yang telah berjuang bersama Prancis dalam perang kemerdekaan.

Terlepas dari janji integrasi dan dukungan, banyak orang yang melarikan diri dari Afghanistan harus bersabar sebelum harapan masing-masing terwujud.

Baca Juga: Tega! Wanita Ini Kurung Kakaknya Sendiri di Kandang Buatan Penuh Serangga dan Ular

Banyak hal akan tergantung pada ambisi pribadi, dorongan, dan nasib baik. Dengan kata lain, mereka dapat mengambil alih nasib mereka sendiri atau membiarkan orang lain melakukannya.

Adapun Taliban, yang telah mewarisi aparatur negara yang rusak dan tidak berfungsi, kini memiliki kesempatan untuk membuktikan bahwa para pencelanya salah terhaadap mereka.

Mereka dapat, dengan kepemimpinan dan tekad yang tepat, mengangkat Afghanistan dari abu perang dan perselisihan sipil menuju negara yang lebih baik dan makmur.

Baca Juga: Taliban Klaim Berhasil Rebut Lembah Panjshir, Wilayah Afghanistan Terakhir yang Melakukan Perlawanan

Afghanistan, dengan kelimpahan sumber daya alam dan manusianya, kini dapat memetakan arah baru dalam sejarahnya.

Tak heran, era pendudukan AS gagal 'memperbaiki' Afghanistan.

Sebuah laporan Januari 2021 oleh Inspektur Jenderal Khusus untuk Rekonstruksi Afghanistan mengungkap apa prioritas sebenarnya AS di Afghanistan.

Baca Juga: Rayakan Ulang Tahun Pernikahan dengan Hamish Daud, Raisa: Terasa Seperti 4 Hari

Dari 946 miliar dolar yang diinvestasikan di negara itu, 816 miliar dolar, atau 86 persen, dialokasikan untuk operasi militer.

Laporan lebih lanjut mengungkapkan bahwa kurang dari dua persen dari keseluruhan pengeluaran AS benar-benar mencapai rakyat Afghanistan dalam hal proyek infrastruktur dan pembangunan.

Tentunya, jika AS dan sekutunya telah menghabiskan lebih banyak untuk perawatan kesehatan, Afghanistan tidak akan memiliki harapan hidup 63 tahun, tingkat kematian ibu 638 per 100.000 kelahiran, dan tingkat pengerdilan anak sebesar 38 persen.

Baca Juga: Ramalan Kartu Tarot, 5 September 2021: Aries Akan Sadar Mimpinya Hilang, Cancer Cintailah Diri Sendiri

Setelah dua dekade, kegagalan AS di Afghanistan menjadi tidak berkelanjutan, menelan biaya terlalu banyak tidak hanya dalam hal nyawa dan uang.

Dengan cara yang sama bahwa kekalahan Prancis di Aljazair mengurangi statusnya sebagai kekuatan dunia, demikian juga kekalahan AS di Afghanistan telah merusak posisinya di panggung dunia.

Dan, kini era upaya 'menciptakan kembali negara lain' melalui intervensi militer telah berakhir.***

Editor: Aghnia Nurfitriani

Sumber: Middle East Monitor

Tags

Terkini

Terpopuler