Uni Eropa Sebut Perlunya Reaksi Cepat dalam Hadapi Krisis di Afghanistan

30 Agustus 2021, 22:00 WIB
Uni Eropa menyebut perlunya reaksi cepat dalam menghadapi krisis seperti di Afghanistan dan harus siap dengan pasukan. //Reuters

PR CIREBON - Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Josep Borrell mengatakan pemerintah Uni Eropa harus siap dengan krisis seperti di Afghanstan.

Josep Borrell menyatakan Uni Eropa harus maju dengan kekuatan reaksi cepat, agar lebih siap menghadapi krisis di masa depan seperti di Afghanistan.

Hal itu dikatakan Josep Borrell dalam wawancara saat pemberitahuan mengenai pasukan di Afghanistan.

Baca Juga: 15,2 Juta Vaksin Sinovac dan AstraZeneca Tiba di Indonesia, Ini Pesan Menko PMK Muhadjir Effendy

Dia menyampaikan kepada surat kabar Italia Il Corriere della Sera tentang pengiriman pemberitahuan singkat pasukan AS ke Afghanistan.

Ketika situasi keamanan memburuk, menunjukkan Uni Eropa perlu mempercepat upaya untuk membangun kebijakan pertahanan bersama.

“Kita perlu mengambil pelajaran dari pengalaman ini," katanya, dilansir PikiranRakyat-Cirebon.com dari Al-Arabiya pada Senin, 30 Agustus 2021.

Baca Juga: Berikut ini adalah 5 Zodiak yang Ingin Selalu Memulai Langkah Pertama Saat Berkencan!

"Sebagai orang Eropa, kita belum bisa mengirim 6.000 tentara di sekitar bandara Kabul untuk mengamankan daerah itu. AS sudah, kita belum," ujarnya.

Borrell mengatakan 27 anggota UE harus memiliki "kekuatan awal" yang terdiri dari 5.000 tentara.

Diungkapkannya bahwa Uni Eropa harus bisa bertindak dengan cepat menghadapi persoalan ini.

Baca Juga: Lisa BLACKPINK Tampilkan Pesona Asli untuk Debut Solo yang Dinantikan BLINK

Pada Mei 2021, tercatat 14 negara Uni Eropa termasuk Jerman dan Prancis mengusulkan kekuatan semacam itu.

Guna membantu pemerintah asing yang demokratis yang membutuhkan bantuan mendesak.

Hal ini pertama kali dibahas pada tahun 1999 sehubungan dengan perang Kosovo.

Baca Juga: David Jacobs Raih Medali Perunggu di Paralimpiade Tokyo 2020, Kemenpora: Indonesia Bangga!

Sistem gabungan kelompok pertempuran yang terdiri dari 1.500 personel masing-masing dibentuk pada tahun 2007 untuk menanggapi krisis.

Akan tetapi, mereka tidak menggunakannya, karena pemerintah Uni Eropa tidak setuju tentang bagaimana dan kapan mengerahkan mereka.

Borrell mengatakan sudah waktunya untuk bersikap fleksibel, mengutip kesepakatan yang dibuat dengan cepat untuk mengatasi krisis keuangan.

Baca Juga: 5 Cara Memisahkan Adam dan Hawwa yang Bertengkar ala Teuku Wisnu, Bikin Tampang Konyol!

Dia memberikan contoh saat UE dapat mengatasi pembatasan dalam penyebaran operasi militer yang ditetapkan dalam perjanjian konstitusionalnya.

“Kami dapat bekerja dengan berbagai cara,” katanya.

Inggris, yang lama menjadi anggota UE, berperan penting dalam pembentukan kelompok perang pada tahun 2000-an.

Baca Juga: Bongkar Isi Suvenir Tasyakuran Pernikahan Lesti Kejora dan Rizky Billar, Shireen: Masya Allah Dikasih...

Namun tidak menyetujui pengerahan karena oposisi domestik tumbuh menjadi apa pun yang mungkin menyerupai pembentukan tentara UE.

Dengan keluarnya Inggris dari blok tersebut, eksekutif UE berharap gagasan itu dapat dihidupkan kembali.

Namun kendala tetap ada, termasuk kurangnya budaya pertahanan bersama di antara berbagai anggota UE dan perbedaan negara mana yang harus diprioritaskan untuk ditempatkan.***

Editor: Aliyah Bajrie

Sumber: Al Arabiya

Tags

Terkini

Terpopuler