Sindir AS, Presiden Tiongkok Xi Jinping: Seringkali Penuh dengan Persaingan Sengit

7 Juli 2021, 06:30 WIB
Presiden Tiongkok Xi Jinping menyindir AS dalam sebuah pidatonya pada negara lain, menyebut persaingan sengit. /Reuters/Kim Kyung-hoon

PR CIREBON – Presiden Tiongkok, Xi Jinping pada Selasa, 6 Juli 2021, mendesak partai-partai politik di seluruh dunia untuk menentang negara mana pun yang terlibat dalam ‘blokade teknologi’.

‘Blokade teknologi’ yang dimaksud Tiongkok merupakan sindiran kepada Amerika Serikat (AS) yang memandang negara itu sebagai pesaing strategisnya.

Pemerintahan Presiden AS, Joe Biden, mencari dukungan dari negara-negara demokrasi yang berpikiran sama, termasuk Uni Eropa dan Jepang untuk mengoordinasikan sikap yang lebih keras terhadap Tiongkok.

Baca Juga: Tes Kepribadian: Gambar Pena Favorit Berikut Bisa Ungkap Misi Hidup Terbesarmu!

Seolah membalas tindakan AS itu, Beijing juga menggandakan upaya mencari dukungan dan penegasan dari negara-negara sahabat seperti Korea Utara dan Serbia.

"Bersama-sama, kita harus menentang semua tindakan unilateralisme atas nama multilateralisme, hegemoni, dan politik kekuasaan," kata Xi Jinping, dilansir PikiranRakyat-Cirebon.com dari Reuters.

Presiden Tiongkok itu berbicara dalam pertemuan virtual perwakilan 500 partai dari 160 negara seperti Rusia, Zimbabwe, Kuba, dan Burkina Faso.

Baca Juga: Ricky Harun Pamer Foto di Instagram, Netizen Beri Sanjungan: Awet Muda

"Melihat dari sudut 'My Country First', dunia ini sempit dan penuh sesak, dan seringkali penuh dengan persaingan sengit," lanjutnya, merujuk pada kebijakan ‘America First’ yang digaungkan mantan Presiden AS Donald Trump.

Xi Jinping memperbarui seruan untuk bekerja membangun komunitas dengan masa depan bersama bagi umat manusia.

Ia juga mengatakan negara mana pun yang terlibat dalam blokade teknologi dan pemisahan pembangunan harus ditolak.

Baca Juga: 'Ragu' Apakah Dia Anak Kandung Sang Ayah atau Bukan, Rizky Billar: Terbukti Gue Bukan Anaknya ...

Diplomat Tiongkok sering mengkritik AS karena diduga berusaha menghambat pembangunan Tiongkok dengan memutus aksesnya ke teknologi AS.

Dalam pidatonya pekan lalu kepada audiens domestik di Lapangan Tiananmen Beijing, Xi Jinping mengeluarkan ancaman pada pasukan asing yang ia sebut mencoba menggertak Tiongkok.

“Kepala mereka dibenturkan dengan darah ke Tembok Besar baja yang ditempa oleh lebih dari 1,4 miliar orang Tiongkok," katanya saat itu.

Baca Juga: Jefri Nichol Unggah Foto Bareng Vanesha Prescilla, Netizen: Milea Sekarang Sama Nathan Ya?

Sementara itu, pertemuan virtual tersebut dimaksudkan untuk apa yang disebutnya sebagai membantu komunitas internasional menyesuaikan diri lebih cepat dengan kebangkitan Tiongkok.

“Beijing juga mampu mendapatkan lebih banyak pengertian, dukungan, dan persahabatan,” ujar Guo Yezhou, wakil menteri Departemen Internasional, yang menyelenggarakan acara tersebut.

Tiongkok dikabarkan semakin khawatir tentang citra internasionalnya, ternoda oleh kemarahan terhadap penanganan awal wabah Covid-19, ketegasan maritim dan teritorialnya terhadap tetangga.

Baca Juga: Singgung Podcast Deddy Corbuzier yang Undang Luhut Binsar Pandjaitan, Aldi Taher: Berani Nggak Bilang Nyesel?

Ada pula kasus tindakan kerasnya di Hong Kong dan perlakuan terhadap etnis minoritas di Xinjiang, dan diplomat yang terlibat dalam perang kata-kata dengan kritikus.

Sebuah survei terhadap 17 negara maju yang dirilis Rabu lalu oleh Pew Research Center yang berbasis di AS menunjukkan bahwa pandangan tentang Tiongkok secara luas tetap negatif.

Begitu pula kepercayaan terhadap Xi Jinping mendekati posisi terendah dalam sejarah.***

Editor: Linda Agnesia

Sumber: REUTERS

Tags

Terkini

Terpopuler