PR CIREBON - Pada hari Minggu 20 Juni 2021, perundingan Iran dengan enam negara 'kekuatan dunia' ditunda.
Awalnya, perundingan yang digagas Iran tersebut akan membicarakan tentang menghidupkan kembali kesepakatan nuklir yang telah mangkrak bertahun-tahun.
Dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari Al Jazeera, Iran dan enam negara 'kekuatan dunia' setuju untuk kembali ke Ibukota masing-masing guna melakukan perbincangan mendalam, karena perbedaan yang tersisa masih perlu diatasi.
Baca Juga: Ini Dia Manfaat dari Buah Mangga, Salah Satunya Terkait Kesehatan Jantung
"Kami sekarang lebih dekat dari sebelumnya untuk mencapai kesepakatan, tetapi jarak yang ada antara kami dan kesepakatan tetap ada," kata perunding top Iran Abbas Araqchi kepada TV pemerintah dari Wina.
"Sehingga, menjembataninya bukanlah pekerjaan mudah. Kami akan kembali ke Teheran malam ini," sambungnya.
Setelah lebih dari seminggu negosiasi dalam putaran terakhir mereka, pihak-pihak dalam pakta itu menyelesaikan dengan utusan Rusia.
Mereka mengatakan tidak ada tanggal untuk dimulainya kembali negosiasi telah ditetapkan untuk saat ini, meskipun menyarankan mereka dapat kembali dalam waktu sekitar 10 hari.
Enrique Mora selaku direktur politik Uni Eropa yang mengoordinasikan diskusi, mengatakan kepada wartawan di Wina bahwa kemajuan telah dicapai minggu ini dalam pembicaraan putaran keenam.
“Kami lebih dekat dengan kesepakatan, tetapi kami belum sampai di sana. Kami lebih dekat daripada satu minggu yang lalu tetapi kami tidak lagi di sana,” terang Mora.
Pembicaraan hari Minggu 20 Juni 2021 menjadi yang pertama sejak Ebrahim Raisi menang pemilihan presiden.
Ebrahim Raisi sama halnya dengan Khamenei, yakni mendukung pembicaraan nuklir.
Hal ini sebagai rute untuk membatalkan sanksi Amerika Serikat yang telah melumpuhkan ekonomi berbasis minyak dan secara dramatis memperburuk kesulitan ekonomi, serta menimbulkan ketidakpuasan yang meluas.
Pemerintah baru Iran berharap untuk mengklaim kredit untuk setiap manfaat ekonomi yang timbul dari kebangkitan kembali perjanjian itu.
Ini merupakan sesuatu hal yang mungkin akan diraih oleh pemerintahan sebelumnya sebelum Ebrahim Raisi menjabat.
Beberapa pejabat Iran mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa tim perunding negara Iran saat ini akan tetap utuh setidaknya selama beberapa bulan di bawah kepemimpinan Presiden Ebrahim Raisi.***