Justru Dapat Untung! 9 Orang Diklaim Jadi Miliarder di Tengah Pandemi Covid-19 yang Memburuk

20 Mei 2021, 15:00 WIB
Ilustrasi Corona Virus- Ada sekiranya 9 miliarder yang justru mendapat untung karena adanya pandemi Covid-19., sebagai hasil dari vaksin Covid-19. /Pixabay/Tumisu

PR CIREBON - Covid-19 telah memberikan dampak yang cukup buruk bagi perekonomian dunia, 

Tak hanya itu, Covid-19 juga tak jarang membuat beberapa pengusaha gulung tikar, tapi tidak untuk orang-orang yang justru menjadi miliarder di tengah pandemi ini. 

Diketahui ada sekiranya 9 miliarder yang justru mendapat untung karena adanya pandemi Covid-19.  

Baca Juga: Luncurkan Program Literasi Digital Nasional, Jokowi: Banjiri Internet dengan Konten Positif!

Keuntungan ini didapat dari vaksin Covid-19 yang kemudian membantu setidaknya sembilan orang menjadi miliarder.

Hla ini disampaikan oleh sebuah kelompok kampanye, Kamis, yang menyerukan diakhirinya "kendali monopoli" perusahaan farmasi pada teknologi vaksin.

"Di antara mereka, sembilan miliarder baru memiliki kekayaan bersih gabungan $ 19,3 miliar (Rp 277,5 Triliun), cukup untuk memvaksinasi sepenuhnya semua orang di negara-negara berpenghasilan rendah 1,3 kali lipat," kata Aliansi Vaksin Rakyat dalam sebuah pernyataan.

Baca Juga: Atta dan Aurel Diminta Bersabar Hadapi Cobaan, Gus Miftah: Allah Janjikan Kebahagiaan di Sisi Lain

Aliansi, jaringan organisasi dan aktivis yang berkampanye untuk diakhirinya hak properti dan paten untuk inokulasi, mengatakan angka-angka itu didasarkan pada data Forbes Rich List.

"Miliarder ini adalah wajah manusia dari keuntungan besar yang diperoleh banyak perusahaan farmasi dari monopoli yang mereka pegang pada vaksin ini," kata Anna Marriott dari badan amal Oxfam, yang merupakan bagian dari aliansi.

Selain orang kaya baru, delapan miliarder yang ada telah melihat kekayaan gabungan mereka meningkat $ 32,2 miliar (Rp 462,9 Triliun) berkat peluncuran vaksin.

Baca Juga: Peringati Hari Kebangkitan Nasional, Sri Mulyani: Jaga Semangat Nasionalisme

Di puncak daftar miliarder vaksin baru adalah CEO Moderna Stephane Bancel, dan rekan BioNTechnya, Ugur Sahin.

Tiga neobillionaires lainnya adalah salah satu pendiri perusahaan vaksin Tiongkok CanSino Biologics.

Penelitian ini dilakukan menjelang KTT Kesehatan Global G20 pada Jumat, yang telah menjadi penangkal petir bagi seruan yang berkembang untuk sementara waktu menghapus perlindungan kekayaan intelektual pada vaksin COVID-19.

Para pendukung mengatakan hal itu akan meningkatkan produksi di negara-negara berkembang dan mengatasi ketidakadilan akses yang dramatis.

Baca Juga: Dua Negara Bagian India Tetapkan Epidemi Jamur Hitam saat Infeksi Covid-19 Masih Berkecamuk

Amerika Serikat, serta tokoh-tokoh berpengaruh seperti Paus Francis, mendukung gagasan pengabaian global atas perlindungan paten.

Pada KTT Paris yang berupaya untuk meningkatkan pembiayaan di Afrika di tengah pandemi pada hari Selasa, Presiden Prancis Emmanuel Macron menyerukan penghapusan semua kendala dalam hal kekayaan intelektual yang menghalangi produksi jenis vaksin tertentu.

Komisi Eropa mengatakan Rabu itu akan menjadi suara "konstruktif" dalam pembicaraan WTO tentang masalah tersebut.

"Vaksin yang sangat efektif yang kami miliki adalah berkat sejumlah besar uang pembayar pajak sehingga tidak adil bahwa individu swasta menguangkan sementara ratusan juta menghadapi gelombang kedua dan ketiga sama sekali tidak terlindungi," kata Heidi Chow, Kebijakan dan Kampanye Senior. Manajer di Global Justice Now, yang membantu menganalisis data miliarder.

Baca Juga: Atta Halilintar Geram, Sang Istri Aurel Hermansyah Difitnah Hamil di Luar Nikah

"Karena ribuan orang meninggal setiap hari di India, sungguh menjijikkan ... untuk menempatkan kepentingan miliarder pemilik Farmasi Besar di atas kebutuhan jutaan orang," tambahnya.

Produsen telah menekankan bahwa perlindungan paten bukanlah faktor pembatas dalam meningkatkan produksi vaksin.

Mereka mengatakan bahwa berbagai masalah, mulai dari pengaturan lokasi produksi, sumber bahan mentah, hingga ketersediaan personel yang berkualifikasi yang menghambat proses pembuatan.***

Editor: Rahmi Nurlatifah

Sumber: Japan Today

Tags

Terkini

Terpopuler