Pfizer Umumkan Perlambatan Distribusi Vaksin, Uni Eropa Sebut Kredibilitas Mereka Terancam

16 Januari 2021, 21:38 WIB
Ilustrasi vaksin. /ANTARA FOTO/ARDIANSYAH

PR CIREBON – Pada hari Jumat, 15 Januari 2021, Pfizer yang merupakan salah satu produsen vaksin Covid-19 mengumumkan perlambatan sementara terkait pengiriman distribusi vaksin Covid-19 di Uni Eropa.

Terkait pernyataan yang dikeluarkan Pfizer, banyak pemimpin-pemimpin negara di Uni Eropa mengatakan bahwa kredibilitas program vaksinasi mereka bisa terancam lantaran perlambatan sementara tersebut.

Vaksin yang dikembangkan oleh Pfizer dengan mitranya di Jerman, BioNTech, mulai dilakukan pengiriman di Uni Eropa pada akhir Desember 2020 lalu.

Baca Juga: Amerika Serikat Rencana Berikan Sanksi Tambahan ke Iran

Akan tetapi, sekitar 9 dari 27 pemimpin negara di Uni Eropa (UE) telah mengeluhkan dosis yang “tidak mencukupi” pada pertemuan yang dilakukan minggu ini.

Pfizer pada awalnya mengatakan bahwa pengiriman akan berjalan sesuai jadwal yang direncanakan, tetapi pada hari Jumat lalu.

Pfizer mengumumkan akan ada dampak atau perlambatan sementara pada proses pengiriman pada akhir Januari hingga awal Februari.

Baca Juga: Hadirkan Hidangan Tidak Biasa, Restoran di Thailand Sediakan Makanan Berbahan Ganja

Yang disebabkan oleh perubahan pada proses manufaktur untuk meningkatkan produksi.

"Situasi ini tidak dapat diterima," kata para Menteri Kesehatan dan Sosial dari enam negara Uni Eropa dalam sebuah surat kepada komisi Uni Eropa

Tentang penundaan Pfizer, dikutip Cirebon.Pikiran-Rakyat.com dari Channel News Asia.

Baca Juga: WhatsApp Kolaborasi dengan Indonesia, Sediakan Layanan Registrasi Penerima Vaksinasi Covid-19

"Tidak hanya berdampak pada jadwal vaksinasi yang direncanakan, tetapi juga dapat menurunkan kredibilitas kami dalam proses vaksinasi," kata para Menteri dari Swedia, Denmark, Finlandia, Lituania, Latvia dan Estonia.

Jerman yang merupakan salah satu pembeli terbesar di Eropa untuk vaksin produksi Pfizer menyebutkan bahwa keputusan tersebut sangat mengejutkan

Disesalkan lantaran Jerman saat ini sedang berupaya untuk mengakhiri pandemi Covid-19 dengan menaruh harapan besar pada vaksin produksi Pfizer & BioNTech ini.

Baca Juga: Paspor Terkuat di Dunia Tahun 2021 Didominasi Negara Asia Pasifik, Jepang Urutan Pertama

Sementara itu, Kanada juga mengatakan hal yang sama terkait penundaan yang diumumkan oleh Pfizer. Pasokan vaksin Covid-19 produksi Pfizer sendiri berasal dari pabrik Pfizer yang ada di Belgia.

Sebelumnya, Norwegia dan Lithuania mengatakan bahwa perusahaan itu mengurangi pasokan di seluruh Eropa.

"Yang kami inginkan adalah agar Pfizer-BioNTech mengembalikan pengiriman mereka ke jadwal yang disepakati," kata Menteri Kesehatan Lithuania Arunas Dulkys.

Baca Juga: Jelang Akhir Kepemimpinannya, Donald Trump Terima Penghargaan Tertinggi dari Maroko

Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen mengatakan Pfizer telah meyakinkannya bahwa pengiriman yang direncanakan ke UE pada kuartal pertama tidak akan ditunda.

Pfizer, yang mencoba memberikan jutaan dosis dengan kecepatan sangat tinggi untuk mengekang sekaligus mengakhiri pandemi

Yang telah menewaskan hampir 2 juta orang, mengatakan perubahannya akan "memberikan peningkatan dosis yang signifikan pada akhir Februari dan Maret 2021".

Baca Juga: Mengejutkan! 23 Orang di Norwegia justru Meninggal Setelah Divaksin Pfizer

Baik perusahaan maupun pihak UE, keduanya tidak menunjukkan berapa banyak dosis yang diharapkan pada kuartal pertama ini.

Pada hari Rabu lalu, dalam pertemuan internal Uni Eropa lainnya dengan para diplomat, salah seorang pejabat Komisi Uni Eropa mengatakan pengiriman akan dibatasi setidaknya hingga Maret,

Dengan produksi yang akan ditingkatkan hanya pada bulan September mendatang.

Baca Juga: Ribuan Es Krim di Tianjin Tiongkok Utara Ditemukan Mengandung Corona

Pfizer dan BioNTech sendiri memiliki kontrak dengan UE untuk memasok hingga 600 juta dosis tahun ini.

Mereka telah setuju untuk melepaskan 75 juta suntikkan vaksin di kuartal kedua dan lebih banyak lagi di akhir tahun.

UE juga telah menyetujui vaksin yang dikembangkan oleh perusahaan biotek AS yakni Moderna yang mulai akan dikirimkan pada minggu ini.

Baca Juga: Facebook Blokir Postingan Berpotensi Kerusuhan Menjelang Pelantikan Joe Biden

Moderna telah berkomitmen untuk memberikan 10 juta dosis pada akhir Maret dan 35 juta masing-masing pada kuartal kedua dan ketiga.

80 juta dosis lainnya juga akan diberikan tahun ini tetapi sampai saat ini belum ada jadwal yang jelas.

Pfizer dan Moderna belum menerbitkan kalender rinci terkait pengiriman untuk masing-masing dari 27 negara UE, yang diharapkan menerima sebagian vaksin sebanding dengan bagian mereka dari 450 juta populasi UE.

Baca Juga: Bom Meledak di Pinggir Jalan Afghanistan, Tewaskan 2 Petugas Kepolisian Setempat

Sampai saat ini, pihak Pfizer mengatakan bahwa informasi itu masih bersifat rahasia dan belum dapat dipublikasikan.

Lain halnya dengan Pfizer, Moderna mengatakan bahwa pihaknya akan melakukan pendistribusian vaksin secara proporsional ke negara-negara di Uni Eropa.

"Pada tahap ini kami hanya dapat mengonfirmasi bahwa dosis akan didistribusikan secara proporsional antara negara-negara UE,” tulis Moderna dalam sebuah pernyataan.

Baca Juga: Drone Otomatis American Robotics Disetujui FAA, Lebih Ramah Lingkungan

Namun sampai dengan saat ini, pengiriman tampaknya tidak berjalan secara merata.

Situs web Kementerian Kesehatan Jerman mengatakan bahwa Jerman dengan populasi 83 juta jiwa, akan menerima hampir 4 juta dosis Pfizer pada akhir Januari.

Rumania, dengan populasi empat kali lebih kecil, mengatakan bahwa pihaknya mengharapkan hanya menerima 600.000 dosis dalam periode yang sama.

Baca Juga: Ilmuwan Temukan Senyawa yang Berpotensi Membunuh Parasit Malaria

Bulgaria, dengan kurang dari sepersepuluh populasi Jerman, mengharapkan hanya menerima sekitar 60.000 suntikkan Pfizer di bulan Januari.

Seorang juru bicara Komisi Uni Eropa mengatakan jadwal nasional sebagian bergantung pada kontrak yang ditandatangani oleh masing-masing negara bagian.

Tidak jelas apakah semua pemerintah UE memerintahkan alokasi penuh vaksin mereka, karena informasi ini bersifat rahasia.

Baca Juga: Teledor, Programmer Terancam Kehilangan Rp3,6 Triliun karena Lupa Password

UE telah mendapatkan hampir 2,3 miliar dosis vaksin Covid-19 dan kandidat dari enam perusahaan, tetapi sebagian besar belum disetujui.

Keputusan tentang vaksin AstraZeneca dan Johnson & Johnson diharapkan masing-masing pada akhir Januari dan Februari.***

Editor: Egi Septiadi

Sumber: Channel News Asia

Tags

Terkini

Terpopuler