Imbas Kecelakaan Pesawat Sriwijaya Air, Indonesia Tercatat sebagai Penerbangan Mematikan di Dunia

11 Januari 2021, 13:41 WIB
Imbas Kecelakaan Pesawat Sriwijaya Air, Indonesia Tercatat sebagai Penerbangan Mematikan di Dunia, Foto Ilustrasi Pesawat Sriwijaya Air SJ 182.* /Instagram /@sriwijayaair/.*/Instagram /@sriwijayaair

PR CIREBON - Menurut database Aviation Safety Network ada 697 kematian kecelakaan pesawat di Indonesia selama dekade terakhir.

Termasuk pesawat militer dan pribadi, kondisi tersebut menyebabkan Indonesia menjadi pasar penerbangan paling mematikan di dunia, di depan Rusia, Iran, dan Pakistan.

Terkait jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ 182, disampaikan agar Boeing memberikan panduan ke Indonesia

Baca Juga: Vaksinasi Dimulai 13 Januari, Luhut: Tiga Bulan akan Kelihatan Dampak Baiknya

Untuk dapat memulihkan kepercayaan masyarakat pada industri penerbangan.

"Kecelakaan hari Sabtu tidak ada hubungannya dengan MAX, tetapi Boeing sebaiknya memandu Indonesia, yang memiliki catatan keselamatan udara tidak tetap"

"Untuk memulihkan kepercayaan industri penerbangannya," kata Shukor Yusof, kepala konsultan penerbangan yang berbasis di Malaysia Endau Analytics.

Baca Juga: Informasi Terbaru, Tim DVI RS Polri Terima 16 Kantong Jenazah dan 3 Properti

Pihak berwenang menemukan perekam data penerbangan jet Sriwijaya dan perekam suara kokpit pada hari Minggu, tetapi para ahli mengatakan masih terlalu dini.

Dalam hal untuk menentukan faktor-faktor bertanggung jawab atas jatuhnya pesawat berusia hampir 27 tahun itu.

Menurut situs pelacakan FlightRadar24, pesawat Sriwijaya naik ke ketinggian 10.900 kaki dalam waktu empat menit tetapi kemudian mulai turun tajam dan berhenti mengirimkan data 21 detik kemudian.

Baca Juga: Soal Kecelakaan Pesawat, Azis Syamsuddin dan Menko Luhut Desak Pemerintah Perbaiki Mutu Penerbangan

"Ada banyak suara yang dibuat tentang kecepatan penurunan terakhirnya," kata Geoff Dell, pakar investigasi kecelakaan udara yang berbasis di Australia.

Sebagaimana dilansir Cirebon.Pikiran-Rakyat.com dari Reuters pada Minggu, 10 Januari 2021.

Catatan operasi Sriwijaya juga akan diawasi.

Baca Juga: Mabes Polri Bentuk Tim Khusus Pasca Laporan Penyelidikan Komnas HAM, Begini Respon Refly Harun

“Catatan keamanannya beragam,” kata Greg Waldron, editor pelaksana Asia di publikasi industri FlightGlobal.

Dia mengatakan maskapai tersebut telah menghapus 737 antara 2008 dan 2012 karena pendaratan yang buruk dengan kecelakaan tahun 2008 yang mengakibatkan satu kematian dan 14 cedera.

Maskapai ini pada akhir 2019 mengakhiri kemitraan selama setahun dengan maskapai nasional Garuda Indonesia dan telah beroperasi secara independen.

Baca Juga: Bicara Rusuh di Capitol AS Layaknya Nazi, Arnold Schwarzenegger Sebut Trump Pemimpin Terburuk

Menurut laporan media pada saat itu dinyatakan bahwa tepat sebelum pakta berakhir, lebih dari separuh armada Sriwijaya telah dihentikan Kementerian Perhubungan karena masalah kelaikan udara.

Sriwijaya tidak segera menanggapi permintaan komentar.

Kepala eksekutif maskapai tersebut mengatakan bahwa pesawat yang jatuh, kondisinya dalam kondisi yang baik.

Baca Juga: Wamenag Berharap Masyarakat Hentikan Polemik Terkait Vaksin, Wapres Usulkan Fatwa Vaksinasi Covid-19

Seperti maskapai penerbangan lainnya, Sriwijaya telah mengurangi jadwal penerbangannya selama pandemi Covid-19, yang menurut para ahli akan diperiksa sebagai bagian dari penyelidikan.

“Tantangan yang dihadapi pandemi berdampak pada keselamatan penerbangan,” kata Chappy Hakim, analis penerbangan Indonesia dan mantan pejabat angkatan udara.

Dia memberi contoh dampak yang diberikan pandemi adalah jumlah pilot dan teknisi yang dikurangi, gaji yang tidak dibayarkan penuh, dan pesawat yang tidak terpakai.***

Editor: Egi Septiadi

Sumber: REUTERS

Tags

Terkini

Terpopuler