MEMANG bangga dan menyenangkan bila pengguna pipa cangklong dapat nyangklong bareng (nyaber) dengan sesama pehobi nyangklong lainnya. Tapi kalau nyangklongnya di rumah, itu sih nggak asyik. Biasa saja.
Coba nyaber dengan teman-teman, itu akan jadi terasa luar biasa. Karena apa? Suasana rame "diwarnai" dengan kepulan asap dari multi aromatik tembakau yang tidak murah harganya. Itulah sensasinya.
Mungkin rasa itu yang diburu para anggota komunitas nyangklong, ngumpul dalam suatu wadah atau klub nyangklong. Selain itu, nyaber bisa jadi ajang saling tukar info.
Pehobi bisa bicara tentang pertemanan, jenis dan harga cangklong yang mencapai puluhan juta rupiah serta jenis tembakau hingga masalah sosial. Jadinya tak heran kalau ada nyaber selalu ramai.
Baca Juga: UPDATE Gempa Dahsyat Turki: 2.316 Orang Tewas, Terjadi 66 Gempa Susulan
Di Kota Bandung, diperkirakan ada beberapa perkumpulan atau klub atau komunitas nyangklong dengan ribuan anggota pehobi yang sama. Di antara wadah atau klub nyangklong bahkan ada yang bersifat formal, punya ketua dan struktur organisasi.
Namun ada pula klub komunitas nyangklong yang hanya ingin kumpul tanpa struktur organisasi, tanpa terikat. Tujuannya, hanya untuk bisa nyaber. Itulah yang selama 10 tahun lebih, mereja nyaber dengan difasilitasi oleh Bandung Pipa Smoking Club (BPSC).
"Di sini tidak punya ketua atau pun struktur organisasi. Bagi mereka yang mau ikut nyaber silahkan," papar Abah Tatang, saat ditemui di tempat nongkrongnya Jln. Punawarman, Kota Bandung, kemarin ini.
Para pehobi nyaber, kata Abah, bukan hanya orang Bandung saja. Tapi ada dari kota-kota lain di Jabar. Bahkan tidak sedikit mereka pehobi ngaklong datang dari Kalimantan, Sumatera, Bali dan Jakarta.
"Ada juga wisatawan. Beberapa orang dari Malaysia dan Singapura. Komennya, nyaber di Bandung menyenangkan. Mereka janji akan bawa temanya," ujar Abah, yang diiyakan oleh Rudi Zein, penyangklong Jakarta yang lagi nongkrong di Bandung.
Sedangkan Rudi Zein ketika ditanya, apa sih bedanya merokok dengan nyangklong? "Ya beda. Merokok itu diisap hingga asap masuk ke paru. Sedangkan kalau nyangklong hanya cukup diisap ngumpul pada rongga mulut lalu dihembuskan," papar Rudi.
Kelebihan lain dari kepuasan para pehobi nyangklong ialah bisa menikmati rasa aromatik tembakaunya. Makanya kalau nyaber, ujar Rudi lagi, sebelumnya kita saling tukar info terutama jenis tembakaunya apa.
Apalagi kalau nyaber dengan para penyangklong dari Malaysia dan Singapura, sambung Abah. "Kita promosikan tembakau yang ada di Indonesia pada mereka. Termasuk kopi dan sekalian kulinernya. Selain itu, dipromosikan juga pipa cangklong karya perajin dari Kota Bandung. Ada perajin yang sukses dan mampu bersaing."
“Kalau nggak salah, sudah ada enam perajin pipa cangklong yang karyanya sudah banyak menyebar ke Jerman, Belanda, Denmark, Italia dan juga pasar Asia," tambahnya.
Baca Juga: 343 PKD Kabupaten Majalengka Resmi Dilantik. Koordinator SDM Katakan Ini
Pipa cangklong buatan perajin cangklong Indonesia, lanjut Rudi, sudah bisa dikoleksi. Karena kualitasnya bagus. Harganya pun variatif dari yang ratusan ribu hingga puluhan juta rupiah. Jenis pipa cangklongnya ada model lurus, lengkung biasa dan full lengkung.
Kalau ingin lihat macam dan jenis cangklong hingga tembakau yang harganya mahal, coba hadir nanti tanggal 20 Februari 2023 di cafe Jln. Setiabudhi Bandung, pada acara "International Pipes Smoking Days." Kini yang daftar mau hadir ada 150 orang lebih. Acaranya ada musik dan game khusus.
Sejarah cangklong
Pada abad ke-18, pipa cangklong jadi alat pengisap tembakau kaum elit termasuk digemari raja, pejabat hingga bangsawan. Nyangklong pada awalnya diperkenalkan oleh ekspeditor dari Eropa. Ketika mereka berekspedisi ke Amerika, melihat orang-orang Indian, penduduk asli Amerika pada merokok menggunakan pipa cangklong.
Penemuan para ekspeditor itu lalu disebar ke manca negara, termasuk ke Indonesia yang penyebarannya sangat cepat, karena saat itu Indonesia dikenal sebagai negara produsen tembakau.
Salah satu jenis tembakau yang sangat dikenal dan digemari penyangklong ialah tembakau Srintil yang mendunia dan harganya cukup tinggi, sejuta rupiah sekilo. Srintil mampu bersaing dengan tembakau impor lain seperti Captains Fines, Suver dan Dunhill.
Selain Srintil, di Indonesia pun masih banyak jenis tembakau berkualitas lainnya yakni Mole, Gayo hingga Darmawangi. Sejak dulu tembakau itu digemari pehobi nyangklong, termasuk oleh maestro seni lukis Affandi dan Bob Sadino, pengusaha nyentrik itu.
Baca Juga: Setelah 2 Tahun Ditiadakan Karena Pandemi, Begini Penampakan Kirab Budaya Cap Go Meh di Kota Cirebon
Kalau pipa cangklongnya sendiri, yang sekarang paling ngetop bikinan Denmark, Inggris, Itali dan Jerman. Bahannya terbuat dari kayu Brair. Dibikin cantik, berseni dan menarik.
Perajin cangklong Indonesia pun ada yang impor bahan mentahnya berupa kayu Brair dan produksi cangklongnya diekspor ke Eropa dan Asia. Selain itu diikuti cangklong Ambarawa yang menembus pasar dunia, meskipun bahannya dari kayu lokal.*** (DantoS)