Kalau ingin lihat macam dan jenis cangklong hingga tembakau yang harganya mahal, coba hadir nanti tanggal 20 Februari 2023 di cafe Jln. Setiabudhi Bandung, pada acara "International Pipes Smoking Days." Kini yang daftar mau hadir ada 150 orang lebih. Acaranya ada musik dan game khusus.
Sejarah cangklong
Pada abad ke-18, pipa cangklong jadi alat pengisap tembakau kaum elit termasuk digemari raja, pejabat hingga bangsawan. Nyangklong pada awalnya diperkenalkan oleh ekspeditor dari Eropa. Ketika mereka berekspedisi ke Amerika, melihat orang-orang Indian, penduduk asli Amerika pada merokok menggunakan pipa cangklong.
Penemuan para ekspeditor itu lalu disebar ke manca negara, termasuk ke Indonesia yang penyebarannya sangat cepat, karena saat itu Indonesia dikenal sebagai negara produsen tembakau.
Salah satu jenis tembakau yang sangat dikenal dan digemari penyangklong ialah tembakau Srintil yang mendunia dan harganya cukup tinggi, sejuta rupiah sekilo. Srintil mampu bersaing dengan tembakau impor lain seperti Captains Fines, Suver dan Dunhill.
Selain Srintil, di Indonesia pun masih banyak jenis tembakau berkualitas lainnya yakni Mole, Gayo hingga Darmawangi. Sejak dulu tembakau itu digemari pehobi nyangklong, termasuk oleh maestro seni lukis Affandi dan Bob Sadino, pengusaha nyentrik itu.
Baca Juga: Setelah 2 Tahun Ditiadakan Karena Pandemi, Begini Penampakan Kirab Budaya Cap Go Meh di Kota Cirebon
Kalau pipa cangklongnya sendiri, yang sekarang paling ngetop bikinan Denmark, Inggris, Itali dan Jerman. Bahannya terbuat dari kayu Brair. Dibikin cantik, berseni dan menarik.
Perajin cangklong Indonesia pun ada yang impor bahan mentahnya berupa kayu Brair dan produksi cangklongnya diekspor ke Eropa dan Asia. Selain itu diikuti cangklong Ambarawa yang menembus pasar dunia, meskipun bahannya dari kayu lokal.*** (DantoS)