PR CIREBON – Banyak orang yang mengonsumsi roti, utamanya roti putih, sebagai makanan harian. Dan biasanya disantap dengan tambahan selai atau bahkan toping lainnya.
Namun, roti putih ternyata memiliki sejumlah efek negatif bagi kesehatan tubuh kita. Mulai dari membuat gula darah tinggi hingga dapat membuat kabut otak.
Dilansir PikiranRakyat-Cirebon.com dari Eat This, Not That!, berikut merupakan efek samping memakan roti putih terlalu banyak menurut penelitian.
Baca Juga: Marion Jola Dapat Kejutan di Hari Ulang Tahun ke-21, Intip Potret Perayaannya!
Gula darah meroket
Roti putih adalah makanan tinggi karbohidrat. Menurut data yang diterbitkan dalam jurnal Diabetes Care, roti putih memiliki indeks glikemik (GI) 75.
Indeks glikemik adalah ukuran seberapa drastis makanan dapat membuat gula darah Anda naik.
Baca Juga: Bicara Kenegarawanan, Prabowo Sebut Ada Oknum Tega Jual Bangsa dan Takut Dikutuk
Sebagai perbandingan, roti gandum memiliki GI 53 dan makanan berserat tinggi seperti buncis berada di peringkat 28.
Menurut Harvard, lonjakan gula darah berulang dari makan makanan tinggi glikemik dapat meningkatkan risiko diabetes tipe 2, penyakit jantung, dan obesitas.
Menambah berat badan
Makan banyak makanan denagn GI tinggi seperti roti telah terbukti menyebabkan penambahan berat badan dan peningkatan risiko diabetes.
Masih merasa lapar
Roti putih tidak mengandung zat gizi makro yang berfungsi untuk mematikan hormon rasa lapar, yang akibatnya Anda akan masih merasa lapar setelah mengonsumsinya.
Baca Juga: Tentara Lebanon Hentikan Warga Suriah yang Seberangi Laut Secara Ilegal untuk Melarikan Diri
Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Appetite menemukan bahwa peserta yang makan roti putih, mengonsumsi 500 kalori lebih banyak pada makanan berikutnya dibandingkan dengan mereka yang makan roti gandum.
Mengalami kabut otak.
Menurut studi Journal of Alzheimer's Disease, di antara 1.230 orang berusia antara 70 hingga 89 tahun, mereka yang mengonsumsi makanan kaya karbohidrat, seperti roti, memiliki kemungkinan hampir dua kali lipat mengalami gangguan kognitif atau demensia.***