Masker Scuba Dinilai Terlalu Tipis hingga Tak Bisa Tangkal Virus Corona, Simak Penjelasannya

19 September 2020, 18:33 WIB
Masker Scuba dan Buff Dilarang Digunakan. Foto Ilustrasi /tokopedia/

PR CIREBON - Penggunaan masker ketika hendak melakukan aktivitas di luar ruangan, sangat dianjurkan oleh dokter di masa pandemi Covid-19 ini. Hal itu bertujuan guna mencegah terjadinya penularan Covid-19.

Beberapa penelitian mengatakan bahwa pemakaian masker saat beraktivitas di luar ruangan, terbukti efektif mencegah pemakainya terpapar Covid-19. Masker berfungsi menyerap partikel-partikel berbahaya seperti virus Corona masuk ke dalam tubuh.

Akan tetapi, tidak semua jenis masker dapat digunakan untuk mencegah Covid-19. Salah satu jenis masker yang tidak direkomendasikan oleh dokter ketika sedang berada di luar ruangan adalah masker jenis scuba.

Baca Juga: Dampingi Arief Budiman di Makassar, Ketua KPU Sulawesi Selatan Faisal Amir Positif Covid-19

Dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari situs Antara, para pakar kesehatan mengatakan bahwa penggunaan masker scuba sangat tidak direkomendasikan untuk digunakan di luar ruangan.

Masker scuba tidak dapat memberikan fungsi perlindungan terhadap penularan Covid-19.

Muhammad Fajri Adda’i, seorang praktisi sekaligus relawan Covid-19, mengatakan bahwa masker scuba terbuat dari bahan berjenis tipis dan elastis, karena hanya terdiri dari satu lapisan kain dan kecenderungan akan longgar.

Baca Juga: Ahok Dinilai Hina Islam, Tengku Zul Ngaku Kecewa dan Kritik Ruhut Sitompul hingga Denny Siregar

“Masker scuba itu tipis, satu lapis, tidak, efektif, karena bahannya neoprene, maka cenderung elastis. Jika ditarik pori akan membesar. Padahal kita butuh filtrasinya,” ucap Fajri kepada Antara, Jumat 18 September 2020.

Prof. Wiku Adisasmito, selaku Juru Bicara Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19, sebelumnya juga mengungkapkan, bahwa masker dengan satu lapisan dan terlalu tipis memungkinkan virus penyebab Covid-19 masuk ke dalam tubuh.

Merujuk kepada penelitian ilmiah dalam jurnal ACS Nano belum lama ini, Fajri mengungkapkan, terkait kemampuan electrostatic atau menyaring partikel-partikel yang lebih kecil menjadi poin penting di sini.

Baca Juga: Pilkada Minta Ditunda Gegara Ketua KPU Positif Covid-19, Guspardi: Itu Urusan Personal Bukan Sistem

Bahan sutra atau silk yang terdiri dari empat lapis bisa menyaring banyak partikel, kemudian diikuti dengan bahan chiffon yang merupakan gabungan dari 90 persen poliester dan 10 persen spandeks, lalu flanel yang terdiri dari 65 persen katun dan 35 persen poliester.

Mengenai persoalan ini, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan satgas Covid-19 merekomendasikan kain dengan tiga lapis, yang terdiri dari lapisan dalam untuk menyerap, lapisan tengah untuk menyaring, dan lapisan luar yang terbuat dari bahan seperti poliester.

Sebuah penelitian dari Universitas Illinois menemukan, bahwa tiga lapis kain 100 persen berbahan katun sama protektifnya seperti masker bedah atau medis.

Baca Juga: Tersindir PKS Terkait Penyataan 'Tidak Bisa Apa-apa', Mahfud MD: Berarti hanya Baca Judul Berita

Meskipun begitu, Fajri menuturkan, katun cult dua lapis sebenarnya sudah mampu memberikan perlindungan terhadap penularan Covid-19.

“Cotton cult paling bagus untuk (menyaring) partikel besar dan lebih kecil 180 thread per inci, ketebalannya setengah sentimeter,” ujarnya.

Maka dari itu, jika sudah terlanjur membeli masker berjenis scuba, maka bisa melapisinya dengan dua lapis kain katun agar dapat lebih tebal.

“Memang belum ada sepertinya yang menguji kombinasi scuba dengan katun dua lapis. Tetapi setidaknya katun dua lapisnya dapat memberikan proteksi utama. Jadi mungkin katun duluan (di depan baru scuba),”tutur Fajri.***

Editor: Nur Annisa

Sumber: Permenpan RB

Tags

Terkini

Terpopuler