Network
PR CIREBON - Penyambutan pedangdut Saipul Jamil usai mendekam bertahun-tahun di penjara karena kasus kejahatan seksual anak di bawah umur masih terus bergejolak.
Beberapa tokoh berpengaruh, termasuk Wanda Ponika, motivator sekaligus perancang perhiasan, turut angkat bicara soal Saipul Jamil.
Wanda Ponika menanyakan kemana Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) yang biasanya aktif ngeblur segala macam mulai dari tupai hingga kebaya.
Dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari akun Instagram @wandaponika, ia kesal pelaku kekerasan seksual bisa disambut bak pahlawan.
"KPI DIMANA? Mungkin hanya di negeri berflower +62, pelaku kekerasan seksual bisa disambut ala pahlawan," tulisnya pada Minggu, 5 September 2021 mengawali.
Wanda Ponika tak habis pikir Saepul Jamil sampai-sampai diarak naik mobil sport merah, berkalung bunga, sambil mengepalkan tangan.
"Astaga! Apa masnya abis menang medali emas Olimpiade?" tulisnya melanjutkan.
Ia juga menyiratkan ketidaksetujuannya karena segala aktivitas Saipul Jamil selepas bebas dari penjara malah dibahas dan diundang ke stasiun TV.
Tidak hanya itu, Wanda Ponika juga mengomentari terkait undang2 PKS (Penghapusan Kekerasan Seksual) yang tidak kunjung disahkan.
Bahkan, yang terjadi malah memberi panggung bagi pelaku kekerasan seksual.
"Di mana etikanya? Masih berdetak kah hati nurani? Kemana KPI yang biasanya aktif sekali ngeblur segala macam. Mulai tupai sampai kebaya," lanjut dia.
Wanda Ponika mengatakan bahwa dirinya lupa bahwa KPI masih sibuk ngurus pembullyan/perundungan yang masuk ranah kekerasan seksual yang terjadi di kantornya.
Baca Juga: Karina Aespa Beri 3 Tips Jitu dan Mudah Agar Selalu Terlihat Sempurna Ketika Melakukan Selfie
"Panik setelah viral. Padahal saat karyawannya melapor, cuma dipindah ruangan. Apa tidak ada SP atau sanksi saat dilaporkan? Tak perlu kah diusut?" katanya.
Untuk Wanda Ponika, mengelu-elukan penjahat seksual sama saja membenarkan kekerasan seksual.
"Apa yang ada di benak penonton? Apa yang terpikir di otak anak-anak yang menonton? Bukankah itu lebih bahaya daripada Shizuka berbaju renang?" tanya dia.
Wanita yang lahir di Bali, 30 Agustus 1977 itu meminta kini sudah saatnya pemerintah mengkaji ulang lembaga bernama KPI.
Bahkan ia menilai lembaga ini terlalu banyak drama tanpa prestasi.
Sementara itu, ia juga berpesan kepada stasiun tv dan media, memang sulit untuk menyajikan tayangan yang mencerdaskan bangsa.
Pihaknya juga sangat memahami terkait hal itu.
"Tapi paling tidak jangan menghadirkan hal-hal yang menyesatkan hanya demi rating," tulisnya mengakhiri.***
