Menurut Luhut, kedua perusahaan itu tengah membangun pabrik HPAL (high pressure acid leaching) untuk membangun industri baterai lithium dengan nikel merupakan bahan baku produk tersebut. Adapun kedua perusahaan pengolahan nikel itu berada di Morosi, Konawe, Sulawesi Tenggara.
Baca Juga: SK Rujukan Pemkot Cirebon Buat Dilema RS Swasta, Tanyakan Pihak yang Menanggung Biaya Pasien Lansia
Lebih lanjut, Luhut menjelaskan para pekerja asal Tiongkok itu merupakan pekerja yang memiliki kemampuan dalam bidang tersebut dan tidak bisa digantikan oleh orang lain. Terlebih saat ini, Indonesia belum memiliki teknologi guna membangun industri itu.
“Nanti tenaga asing yang mengerjakan dan setelah itu bersamaan tenaga kerja Indonesia masuk, teknologi kan dari dia, kami enggak bisa dong ngerjain semua, tetap ada asing,” ujarnya.
Namun begitu, Luhut memastikan setelah proyek ini selesai akan mengurangi para TKA Tiongkok dan diganti dengan pekerja lokal hingga sekitar 92 persen dari total pekerja yang dibutuhkan.
Baca Juga: Taiwan Maksa Ingin Ikut Majelis Kesehatan WHO, Tiongkok: Kami Bisa Wakili Rakyat Kami Sendiri
Bahkan, Luhut menambahkan bahwa politeknik sudah dibangun untuk bisa meningkatkan kemampuan dari anak-anak bangsa dan bisa memenuhi kebutuhan pekerja industri tersebut.
Di sisi lain, External Affairs Manager PT VDNI, Indrayanto, mengatakan bahwa 500 TKA Tiongkok itu didatangkan karena memiliki keahlian khusus, yakni keahlian untuk memasang alat produksi.
Lebih detail, Indrayanto memastikan 500 TKA Tiongkok itu hanya akan bekerja paling lama enam bulan dengan mendasar pada jumlah pemasangan alat konstruksi mesin yang mencapai 33 tungku.
Baca Juga: Kunjungi Pabrik APD Tanpa Masker, Donald Trump Banggakan Diri Sebagai 'Pejuang'